Radarlambar.bacakoran.co - Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta (PBTY) adalah salah satu festival perayaan Imlek terbesar di Indonesia yang rutin digelar oleh Jogja Chinese Art & Culture Center (JCACC). Festival ini berlangsung setiap tahun selama satu pekan, dimulai seminggu sebelum Cap Go Meh (tanggal 15 pada bulan pertama kalender Tionghoa). Gelaran PBTY ini biasanya berpusat di kawasan Ketandan, yang memiliki sejarah penting sebagai pusat pertemuan berbagai budaya.
Jelang pelaksanaan PBTY 2025, markas JCACC semakin ramai dengan persiapan berbagai pertunjukan. Salah satu sosok yang tampak sibuk adalah Anggara Adi Swasana, Kepala Sekolah Hoo Hap Wee Jogja Lion Dance School. Angga, yang juga anggota JCACC, mengungkapkan bahwa intensitas latihan menjelang Imlek meningkat pesat. Anggota barongsai JCACC kini berlatih tiga kali seminggu, lebih banyak dibandingkan dengan latihan rutin mereka yang sebelumnya hanya dua kali seminggu.
Ada tiga jenis barongsai yang kini tengah gencar dilatih, yaitu barongsai anak (dengan usia 7-12 tahun), barongsai dewasa, dan naga. Angga menjelaskan bahwa untuk barongsai anak, tim sedang mempersiapkan pertunjukan yang akan diadakan pada 1 Februari 2025, sementara pertunjukan selama Pekan Budaya Tionghoa akan berlangsung mulai 25 Januari hingga 12 Februari. Permintaan untuk pertunjukan barongsai, lanjutnya, sangat tinggi, bahkan datang dari luar Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), meski saat ini mereka hanya melayani permintaan di DIY.
Angga juga menyebutkan bahwa JCACC terbuka untuk anggota baru, baik dari kalangan dewasa yang ingin berlatih barongsai tradisional atau modern, serta naga, yang juga dapat bergabung langsung dengan datang ke latihan.
Selain barongsai, JCACC turut mewadahi berbagai kesenian Tionghoa lainnya, seperti tari tradisional Tionghoa, pencak silat, taici, serta pengobatan alternatif. Angga menekankan bahwa JCACC terbuka untuk semua kalangan tanpa memandang latar belakang etnis, agama, ataupun jenis kelamin.
Salah satu anggota muda yang tengah mempersiapkan diri dengan penuh semangat untuk PBTY 2025 adalah Aryanda Alfino, seorang pelajar SMA yang sudah bergabung dengan JCACC sejak SMP. Aryanda, yang kini berusia 16 tahun, berlatih barongsai dengan tekun untuk mempersiapkan penampilannya. Semangatnya untuk terus berlatih didorong oleh harapan neneknya yang menginginkan dia menjadi pewaris budaya barongsai, serta cita-cita untuk meraih prestasi dalam lomba barongsai.
Aryanda menjelaskan bahwa latihan barongsai, terutama yang melibatkan ketahanan fisik dan pengaturan pernapasan, sangat menguras energi. Namun, dia mengimbanginya dengan rutinitas olahraga lainnya seperti jogging, gym, dan berenang untuk meningkatkan stamina dan kemampuan fisiknya. Keinginan untuk meraih prestasi dalam lomba-lomba barongsai juga menjadi motivasi kuat bagi Aryanda untuk terus giat berlatih.
Ketua JCACC, Tandean Harry Setio, membeberkan bahwa PBTY 2025 akan digelar pada 6-12 Februari 2025 di Ketandan, Yogyakarta. Festival ini akan dimulai dengan Parade Nusantara pada 6 Februari, yang melibatkan berbagai komunitas dan organisasi dari seluruh Indonesia, dan diharapkan dapat menunjukkan keberagaman serta kebersamaan dalam merayakan Imlek.
Ketandan dipilih sebagai pusat lokasi PBTY karena memiliki sejarah sebagai melting point budaya pada masa kolonial, yang kini menjadi simbol pluralisme. Harry mengungkapkan bahwa tahun 2025, yang merupakan Tahun Ular Kayu dalam kalender Tionghoa, diprediksi akan penuh dengan tantangan. Menurutnya, meskipun banyak prediksi terkait ekonomi global dan politik, setiap orang harus tetap waspada dan menyikapi tahun ini dengan hati-hati, terutama di tengah situasi yang tidak menentu.
PBTY 2025 akan menyuguhkan berbagai acara menarik, termasuk panggung utama, pertunjukan wayang potehi, lomba anak-anak, kaligrafi (shifa), dan fashion. Selain itu, lebih dari 270 tenant telah disiapkan untuk meramaikan acara tersebut. Festival ini tidak hanya akan merayakan perayaan Imlek, tetapi juga menjadi wujud semangat kebersamaan, pluralisme, dan warisan budaya yang kaya di Yogyakarta.
Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta 2025 akan menjadi momentum penting bagi masyarakat Yogyakarta dan Indonesia untuk merayakan keberagaman budaya, sekaligus menjaga tradisi dan semangat gotong royong antar berbagai elemen masyarakat.(*)