Trump Veto Rencana Israel Bunuh Khamenei, Ketegangan di Timur Tengah Memuncak

Senin 16 Jun 2025 - 16:34 WIB
Reporter : Nopriadi
Editor : Nopriadi

Radarlambar.bacakoran.co -Di tengah panasnya konflik militer antara Israel dan Iran yang mencapai titik tertinggi dalam beberapa dekade, keputusan mengejutkan datang dari Washington. Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, memblokir rencana Israel yang ingin menargetkan pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, dalam sebuah serangan mematikan.

Langkah tersebut diambil setelah para pejabat AS menerima laporan intelijen bahwa Tel Aviv tengah mempersiapkan serangan langsung terhadap simbol tertinggi kekuasaan Iran itu. Trump, yang sebelumnya dikenal sebagai sekutu erat Israel, ternyata menarik garis tegas. Baginya, membunuh Khamenei bukan hanya eskalasi militer—tetapi pemantik perang besar-besaran yang bisa menyeret kawasan dan dunia ke dalam konflik terbuka.

Di sisi lain, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memilih bungkam. Saat diwawancara salah satu media nasional AS, ia tak membenarkan maupun membantah rencana tersebut. Namun, pernyataannya yang bernada penuh determinasi memperlihatkan bahwa Israel tidak akan mundur dalam menghadapi Iran, bahkan jika harus melakukannya sendiri.

Sementara itu, medan perang terus menyala. Rudal-rudal silih berganti melintasi langit Timur Tengah. Yerusalem diguncang ledakan, dan sistem pertahanan udara di Teheran berulang kali aktif menahan serangan. Untuk pertama kalinya dalam sejarah panjang permusuhan diam-diam mereka, Israel dan Iran kini berhadapan langsung, terang-terangan, dan dalam skala besar.

Eskalasi ini bermula dari serangan udara Israel pada Jumat, 13 Juni 2025. Sejumlah tokoh penting Iran menjadi korban, termasuk komandan militer dan ilmuwan nuklir. Beberapa pangkalan strategis serta kawasan sipil dihantam. Iran pun membalas dengan kekuatan penuh, memicu krisis kemanusiaan dan eksodus warga sipil dari kota-kota utama.

Netanyahu membalas tekanan internasional dengan mengumumkan bahwa pasukannya telah menewaskan Kepala Intelijen Iran, Mohammad Kazemi, dan wakilnya. Sementara di Teheran, duka bercampur amarah melingkupi upacara pemakaman para tokoh penting yang gugur dalam serangan.

Trump, meski memveto operasi eliminasi terhadap Khamenei, menegaskan bahwa AS tidak tinggal diam jika kepentingannya terganggu. Ia menolak keterlibatan langsung dalam konflik saat ini, tetapi membuka kemungkinan intervensi jika serangan Iran menyasar kepentingan AS di kawasan.

Menariknya, Trump juga mengusulkan opsi damai yang tak lazim: menjajaki peran Rusia, melalui Presiden Vladimir Putin, sebagai mediator antara dua musuh bebuyutan ini. Di tengah panasnya bara perang, ide itu terdengar utopis, tetapi bisa jadi satu-satunya jalan keluar dari kehancuran lebih luas.

Konflik Iran-Israel kini tak lagi berada di bawah bayang-bayang. Dunia menyaksikan dua negara dengan sejarah panjang permusuhan itu bertarung di panggung terbuka. Dan sementara gempuran senjata terus bergaung, pertanyaan besar menggantung di udara: sampai di mana batas perang ini akan ditarik? (*)

Kategori :