Luhut Binsar Pandjaitan Bantah Kepemilikan PT Toba Pulp Lestari
Luhut Binsar Panjaitan. Foto Kemen P4ndatagunaan Aparatur Negara--
RADARLAMBARBACAKORAN.CO- Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN), Luhut Binsar Pandjaitan, membantah kabar yang menyebut dirinya terlibat atau memiliki saham di PT Toba Pulp Lestari (TPL). Perusahaan ini diketahui bergerak di bidang pengolahan bubur kertas dan belakangan diduga berkontribusi terhadap banjir bandang di wilayah Sumatra.
Juru Bicara Luhut, Jodi Mahardi, menegaskan bahwa semua informasi terkait kepemilikan atau keterlibatan Luhut di PT TPL adalah tidak benar dan tidak berdasar. Luhut sama sekali tidak memiliki afiliasi atau terlibat dalam bentuk apa pun, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Jodi menambahkan bahwa sebagai pejabat negara, Luhut selalu mematuhi ketentuan perundang-undangan mengenai transparansi, etika pemerintahan, dan pengelolaan potensi konflik kepentingan. Luhut juga terbuka terhadap proses verifikasi fakta dan mendorong publik untuk merujuk pada sumber informasi yang kredibel.
Masyarakat diimbau berhati-hati dalam menyebarkan informasi yang tidak terverifikasi dan tetap mengutamakan etika digital untuk mencegah kesalahpahaman maupun disinformasi. Jodi menekankan bahwa media maupun publik bisa langsung melakukan klarifikasi kepada pihaknya apabila diperlukan.
Sebagai konteks, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sumatera Utara menyebut tujuh perusahaan bertanggung jawab atas bencana banjir bandang dan longsor di Tapanuli dan sekitarnya sejak Selasa (25/11/2025). Aktivitas perusahaan-perusahaan tersebut diduga menyebabkan kerusakan hutan dan perubahan ekosistem.
Direktur Eksekutif Walhi Sumut, Rianda Purba, menyebut tujuh perusahaan itu antara lain PT Agincourt Resources, PT NSHE, PT Pahae Julu Micro-Hydro Power, PT SOL Geothermal Indonesia, PT Toba Pulp Lestari, PT Sago Nauli Plantation, dan PTPN III Batang Toru Estate. Kerusakan yang ditimbulkan meliputi hilangnya ratusan hektare hutan, sedimentasi sungai, fluktuasi debit air, degradasi koridor satwa, serta alih fungsi lahan menjadi perkebunan eukaliptus dan sawit. Aktivitas industri ini disebut memicu banjir bandang dan longsor di wilayah tersebut.