Cher Ami, Merpati Jantan Penyelamat Nyawa 200 Tentara pada Perang Dunia Ke-1

Senin 16 Dec 2024 - 10:03 WIB
Reporter : Edi Prasetya
Editor : Edi Prasetya

Radarlambar.bacakoran.co-Merpati telah lama dikenal sebagai penyampai pesan jarak jauh karena kemampuan navigasi mereka yang luar biasa. Keahlian ini terbukti sangat berguna dalam situasi-situasi darurat, seperti yang terjadi pada Perang Dunia I. Salah satu kisah paling heroik melibatkan seekor merpati jantan bernama Cher Ami, yang menjadi penyelamat nyawa sekitar 200 tentara.

Selama Perang Dunia I, merpati pos digunakan untuk mengirimkan pesan-pesan penting di daerah-daerah yang tidak memiliki sarana komunikasi modern seperti radio atau kabel telegraf. Merpati memiliki kecepatan terbang yang tinggi, namun tugas mereka sangat berisiko karena sering kali ditembak jatuh oleh pasukan lawan yang sadar akan pentingnya pesan yang dibawa. Di antara banyak merpati yang digunakan pada masa itu, Cher Ami menjadi yang paling terkenal karena kisah keberaniannya yang mengharukan.

Pada 1 Juli 1918, sekitar 600 ekor merpati, termasuk Cher Ami, disumbangkan oleh British Home Forces Service kepada US Army Signal Corps Pigeon Service. Merpati-merpati ini kemudian digunakan untuk mendukung pasukan Amerika Serikat di Sektor Aisne-Marne, Front Barat, di Prancis.

Kisah Cher Ami bermula pada 13 Oktober 1918, ketika Batalion Mayor Charles White Whittlesey dari Amerika Serikat terjebak di belakang garis pertahanan Jerman di Hutan Argonne. Mereka terperangkap di lereng bukit dan terhadang tembakan musuh dari segala arah.

Dalam situasi yang semakin sulit, mereka tidak bisa meminta bantuan karena jangkauan radio yang terbatas. Beberapa tentara bahkan mulai mengira sesama mereka adalah pasukan Jerman, yang menyebabkan insiden tembak-menembak antar pasukan sendiri.

Mayor Whittlesey kemudian memutuskan untuk menggunakan merpati pos untuk mengirimkan pesan kepada markas besar untuk meminta bantuan. Merpati pertama yang dikirim ditembak jatuh oleh pasukan Jerman, begitu pula dengan merpati kedua. Dengan harapan yang semakin tipis, Whittlesey mengirimkan merpati terakhir, yaitu Cher Ami, dengan sebuah pesan yang mungkin menjadi harapan terakhir mereka:  

"Kami berada di sepanjang jalan paralel 276.4. Artileri menjatuhkan tembakan langsung ke arah kami. Demi Tuhan, hentikan itu."

Saat Cher Ami terbang, pasukan Jerman yang melihatnya langsung menembak. Sebuah peluru mengenai tubuh Cher Ami, melukai dadanya, satu matanya, dan hampir mematahkan kakinya. Meskipun terluka parah, Cher Ami tidak menyerah.

Merpati itu terbang selama 30 menit dan menempuh jarak 40 km, meskipun dalam keadaan cedera parah, sebelum akhirnya berhasil mencapai tujuan dan membawa pesan itu kembali ke markas Mobile Loft No. 11.

Setelah sampai, Cher Ami segera mendapatkan perawatan medis dari petugas Angkatan Darat yang mengobati luka-lukanya, termasuk amputasi kaki yang rusak. Mereka membuatkan kaki palsu dari kayu kecil agar Cher Ami bisa berdiri.

Meskipun pertempuran telah berakhir, pesan yang dibawa Cher Ami memungkinkan pasukan untuk menemukan lokasi pasti Batalion yang terperangkap dan melakukan operasi penyelamatan yang berhasil pada 7 Oktober.

Cher Ami menjadi simbol keberanian dan pengorbanan, dan jasanya tidak pernah dilupakan. Berkat kontribusinya yang luar biasa, merpati ini dianugerahi beberapa penghargaan, termasuk medali Croix de Guerre (medali kehormatan militer Prancis) dan medali emas dari Badan Penyelenggara Penggemar Merpati Balap Amerika. Cher Ami juga menjadi maskot resmi Departemen Pelayanan Angkatan Darat Amerika Serikat.

Cher Ami akhirnya meninggal pada 13 Juni 1919 akibat luka-luka yang dideritanya. Namun, tubuhnya diawetkan dan kini dipajang di Smithsonian's National Museum of American History di Washington, DC, sebagai penghargaan atas pengorbanannya yang menyelamatkan ratusan nyawa manusia.

Kisah Cher Ami tetap dikenang sebagai salah satu contoh heroisme tak terduga yang datang dari makhluk yang tak pernah mengenal kata menyerah.(*)

Kategori :