Metode Dakwah Sunan Kalijaga: Pendekatan Budaya dan Kesenian dalam Penyebaran Islam

Rabu 05 Feb 2025 - 15:25 WIB
Reporter : Nopriadi
Editor : Nopriadi

Radarlambar.bacakoran.co -Sunan Kalijaga adalah salah satu tokoh penting dalam penyebaran agama Islam di Jawa dan merupakan bagian dari Wali Songo. Dalam dakwahnya, Sunan Kalijaga dikenal dengan pendekatan yang unik dan berbeda dibandingkan dengan wali lainnya. Ia lebih memilih untuk berdakwah dengan cara halus yang mengadaptasi budaya lokal masyarakat Jawa, menjadikan ajaran Islam lebih mudah diterima tanpa pertentangan. Berikut adalah beberapa metode dakwah yang diterapkan oleh Sunan Kalijaga.

1. Wayang sebagai Sarana Dakwah
Sunan Kalijaga memanfaatkan seni wayang kulit sebagai media untuk menyebarkan ajaran Islam. Pada masa itu, wayang merupakan salah satu hiburan populer yang sangat digemari oleh masyarakat Jawa. Sebagai seorang dalang, Sunan Kalijaga mengubah cerita-cerita dalam wayang yang pada awalnya berakar dari tradisi Hindu, seperti kisah Ramayana dan Mahabharata, dengan memasukkan ajaran Islam dan nilai-nilai tasawuf. Salah satu contoh adalah dengan menggambarkan tokoh wayang seperti Yudistira dan Bima sebagai simbol dari nilai-nilai Islam.
Selain itu, Sunan Kalijaga tidak meminta imbalan apapun dalam pertunjukannya, kecuali agar penonton mengucapkan dua kalimat syahadat sebagai tanda masuk Islam.

2. Pendekatan Kultural dan Berbaur dengan Masyarakat
Metode dakwah Sunan Kalijaga juga melibatkan pendekatan kultural yang sangat mendalam dengan masyarakat. Ia tidak membedakan status sosial atau asal-usul seseorang dan berusaha untuk memahami kehidupan masyarakat Jawa secara lebih dekat. Hal ini membuatnya diterima oleh berbagai lapisan masyarakat, termasuk golongan yang dianggap "kurang baik." Sikapnya yang rendah hati dan tidak membedakan golongan ini membuat dakwahnya menjadi lebih efektif dan mudah diterima.

3. Akulturasi Budaya: Mengubah Sesajen Menjadi Selamatan
Salah satu cara Sunan Kalijaga dalam berdakwah adalah dengan melakukan akulturasi budaya. Sebelum kedatangan Islam, masyarakat Jawa memiliki tradisi sesajen, yaitu persembahan berupa makanan dan benda tertentu untuk roh gaib atau leluhur. Sebagai bagian dari proses Islamisasi, Sunan Kalijaga mengganti istilah "sesajen" dengan "selamatan," yang dalam ajaran Islam bermakna kedamaian, kebahagiaan, dan kemakmuran.
Perubahan ini tidak hanya mengubah istilah, tetapi juga maknanya. Selamatan yang dahulu dilakukan untuk roh gaib, kini dilakukan dalam bentuk sedekah yang diberikan kepada masyarakat, terutama kepada yang membutuhkan, seperti fakir miskin dan anak yatim.

4. Tembang dan Syair Jawa: Sarana Penyampaian Pesan Moral
Sunan Kalijaga juga memanfaatkan seni suara, seperti tembang (lagu tradisional Jawa), untuk menyampaikan pesan moral dan ajaran Islam. Salah satu tembang yang terkenal adalah Lir-Ilir, yang mengandung pesan hidup yang dalam dan dapat dimengerti oleh masyarakat Jawa dengan cara yang menyenangkan. Melalui seni ini, Sunan Kalijaga mampu menarik perhatian banyak orang dan menyampaikan ajaran Islam secara lembut.

5. Grebeg dan Sekaten: Perayaan dengan Unsur Islami
Sunan Kalijaga juga menciptakan tradisi perayaan seperti Grebeg dan Sekaten yang menggabungkan unsur budaya Jawa dengan ajaran Islam. Tradisi ini awalnya bertujuan untuk menarik perhatian masyarakat agar datang ke masjid dan mendengarkan dakwah Islam. Pada perayaan-perayaan tersebut, Sunan Kalijaga memperkenalkan kegiatan seperti pertunjukan gamelan dan tarian yang menarik, namun tetap dengan pesan ajaran Islam. Perayaan-perayaan ini secara perlahan menjadi jembatan yang menghubungkan masyarakat dengan masjid.

6. Gamelan sebagai Alat Musik Dakwah
Selain wayang dan tembang, Sunan Kalijaga juga menggunakan gamelan, alat musik tradisional Jawa, sebagai sarana dakwah. Ia bahkan menciptakan gamelan dengan tabuhan khasnya sendiri yang lebih mudah diterima oleh masyarakat. Gamelan digunakan dalam berbagai acara dakwah, termasuk perayaan-perayaan seperti Grebeg dan Sekaten. Selain menjadi hiburan, gamelan juga berfungsi untuk menarik masyarakat datang ke masjid dan terlibat dalam kegiatan keagamaan.

7. Pembangunan Masjid dengan Arsitektur Jawa
Sebagai seorang tokoh dakwah, Sunan Kalijaga juga berperan penting dalam pembangunan masjid, termasuk Masjid Agung Demak, yang merupakan masjid pertama di Jawa. Arsitektur masjid yang dibangun oleh Sunan Kalijaga menggabungkan elemen-elemen budaya Jawa dengan unsur-unsur Islam. Ciri khas masjid yang dibangun adalah atap bertingkat yang menyerupai punden berundak, yang merupakan pengaruh dari tradisi Hindu-Buddha, serta adanya pintu khusus yang menjadi akses masuk ke pelataran masjid.
Masjid ini menjadi pusat kegiatan umat Islam dan juga pusat dakwah, yang menyebarkan Islam hingga ke wilayah pedalaman Jawa.


Metode dakwah Sunan Kalijaga merupakan contoh keberhasilan dalam menyebarkan Islam secara damai melalui pendekatan budaya dan kesenian yang sangat kental dengan kehidupan masyarakat Jawa pada waktu itu. Dengan menggunakan seni wayang, tembang, gamelan, serta menggabungkan tradisi lokal dengan ajaran Islam, Sunan Kalijaga berhasil menyampaikan pesan agama secara halus tanpa menimbulkan resistensi. Pendekatannya yang bijaksana menjadikannya sebagai salah satu Wali Songo yang paling dihormati dalam sejarah dakwah Islam di Indonesia. (*)

Kategori :