Radarlambar.bacaoran.co -Kader Partai Gerindra, Arief Poyuono, menilai tindakan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, yang dianggap "membuang badan" dan tidak bertanggung jawab atas kegaduhan terkait distribusi gas LPG 3 kg sebagai sebuah bentuk pemberontakan. Arief bahkan menyebutnya sebagai sikap yang mulai melawan Presiden Prabowo Subianto.
Kritikan ini dilontarkan Arief setelah Bahlil Lahadalia memberikan respons terhadap pernyataan Wakil Ketua DPR, Sufmi Dasco Ahmad, yang menyebut larangan pedagang eceran menjual LPG 3 kg bukan merupakan kebijakan dari Presiden Prabowo Subianto. Menurut Bahlil, kebijakan terkait penyaluran subsidi LPG 3 kg merupakan perintah langsung dari Presiden Prabowo, dan perbaikan distribusi subsidi tersebut telah dilakukan melalui kajian yang mendalam oleh Kementerian ESDM.
Arief menilai pernyataan Bahlil yang tidak mengakui kebijakan tersebut sebagai perintah dari Presiden Prabowo menunjukkan ketidakpatuhan dan kurangnya kekompakan dalam kabinet Prabowo-Gibran. Menurutnya, kebijakan yang kontroversial ini hanya memperburuk situasi karena masyarakat merasa kecewa dengan buruknya distribusi gas LPG 3 kg yang seharusnya dapat dijangkau dengan mudah oleh masyarakat.
"Pendistribusian gas 3 kg adalah masalah besar bagi rakyat. Rakyat kini semakin cerdas dan berani mengkritik kebijakan yang merugikan mereka. Sementara itu, Bahlil justru cenderung untuk menghindari tanggung jawab atas masalah yang timbul, sementara yang dirugikan adalah rakyat kecil," ungkap Arief dalam keterangannya, Selasa (4/2).
Arief juga menyoroti kenyataan bahwa baru 100 hari pemerintahan Prabowo-Gibran, rakyat sudah mulai merasa kecewa dengan kebijakan distribusi gas yang tidak berjalan dengan baik. Ia mengingatkan bahwa jika para menteri yang berasal dari partai politik terus "membuang badan" saat ada masalah yang timbul, tanggung jawab akan tetap jatuh pada Presiden Prabowo. Menurutnya, seharusnya para menteri mampu mengimplementasikan kebijakan dengan baik, bukan justru menyalahkan Presiden saat ada masalah yang merugikan rakyat.
Kritik Arief ini menggambarkan ketegangan politik yang terjadi dalam pemerintahan, di mana kebijakan-kebijakan yang tidak berjalan lancar dapat menyebabkan perpecahan di antara para pembantu Presiden. Di tengah masalah distribusi gas LPG 3 kg ini, Arief menegaskan pentingnya ketegasan dalam pelaksanaan kebijakan untuk kepentingan rakyat. (*)
Kategori :