Radarlambar.bacakoran.co – Krisis pangan mulai melanda sejumlah negara di Asia, termasuk Jepang, Malaysia, dan Filipina. Lonjakan harga beras yang drastis menjadi bukti nyata bahwa ketahanan pangan kini menjadi isu strategis yang tak bisa diabaikan.
Di Jepang, harga beras melonjak hingga 82% dalam satu tahun, memaksa pemerintah negara itu untuk pertama kalinya dalam sejarah melepaskan 210.000 ton beras dari cadangan darurat. Sementara di Malaysia, kelangkaan beras lokal memicu kepanikan di masyarakat, dengan pasokan yang menipis dan harga impor yang semakin tinggi. Filipina pun menetapkan status darurat ketahanan pangan setelah inflasi beras mencapai angka tertinggi dalam 15 tahun terakhir, yakni 24,4%.
Fenomena ini menjadi pengingat bahwa ketergantungan pada impor bukanlah solusi jangka panjang. Negara-negara yang selama ini mengandalkan pasokan beras dari luar kini menghadapi risiko besar ketika rantai pasokan global terganggu.
Menyikapi situasi ini, pemerintah Indonesia menegaskan pentingnya mempercepat swasembada beras dan memperkuat cadangan pangan nasional. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) per Februari 2025, harga beras medium di Indonesia stabil di kisaran Rp 13.000-Rp 14.000 per kilogram, lebih rendah dibandingkan puncak harga pada 2024 yang sempat menembus Rp 16.000 per kilogram.
Meskipun kondisi saat ini relatif stabil, pemerintah tetap mengambil langkah antisipatif. Presiden Prabowo Subianto telah menginstruksikan Perum Bulog untuk menyerap 3 juta ton beras dari petani dengan harga pembelian pemerintah (HPP) gabah Rp 6.500 per kilogram dan beras Rp 12.000 per kilogram. Langkah ini diharapkan dapat menjaga semangat petani untuk bertani sekaligus memperkuat stok nasional.
Selain itu, pemerintah juga terus mendorong sinergi antar-kementerian dan pemerintah daerah guna memastikan distribusi beras berjalan lancar tanpa kebocoran. Swasembada beras kini bukan sekadar target, tetapi menjadi keharusan bagi kemandirian bangsa.
Indonesia tak ingin mengalami situasi seperti di Filipina, Malaysia, atau Jepang, di mana masyarakat harus menghadapi kepanikan akibat krisis pangan. Dengan cadangan yang cukup dan sistem distribusi yang tangguh, Indonesia berupaya menjadi contoh dalam menjaga ketahanan pangan di tengah ketidakpastian global. (*/rinto)