Terungkap! Asal dan Bahaya Tersembunyi di Balik Tren Baju Thrifting Impor
Bahaya Tersembunyi di Balik Tren Baju Thrifting Impor. - Foto Freefik--
RADARLAMBAR.BACAKORAN.CO - Tren thrifting atau membeli pakaian bekas impor kini menjadi gaya hidup baru yang digemari banyak orang, terutama kalangan muda. Dengan harga yang terjangkau dan pilihan model yang unik, banyak yang tergoda untuk berburu pakaian bekas di pasar atau toko daring. Namun di balik keseruan berburu fashion murah, ada sisi lain yang patut diwaspadai—mulai dari asal pakaian yang tak jelas hingga potensi risiko kesehatan.
1. Perjalanan Panjang Pakaian Thrifting
Sebagian besar pakaian thrifting yang beredar di Indonesia datang dari luar negeri, dikemas dalam karung besar yang disebut bale. Di dalamnya berisi pakaian berbagai jenis seperti kaos, jaket, kemeja, hingga rok yang sebelumnya sudah dipakai orang lain, namun masih dianggap layak jual.
Barang-barang tersebut biasanya berasal dari negara dengan industri mode cepat seperti Jepang, Korea Selatan, dan Tiongkok, di mana tren fashion berganti dengan sangat cepat. Pakaian yang masih bagus dikumpulkan, dipadatkan, lalu dikirim ke negara-negara Asia Tenggara seperti Malaysia, Thailand, atau Singapura sebelum akhirnya masuk ke pasar Indonesia.
Sayangnya, tidak semua pengiriman ini melalui jalur resmi. Sebagian besar pakaian bekas impor masuk secara ilegal, tanpa proses karantina atau pemeriksaan kesehatan yang semestinya.
2. Mengapa Banyak yang Gemar Thrifting
Selain alasan harga yang lebih murah, thrifting kini juga dikaitkan dengan gaya hidup ramah lingkungan. Dengan membeli pakaian bekas, seseorang turut membantu mengurangi limbah tekstil yang menjadi salah satu penyumbang polusi terbesar di dunia. Menurut data Bank Dunia, industri fashion menyumbang sekitar 10 persen dari total emisi karbon global.
Tak hanya itu, pakaian thrifting sering kali memiliki gaya unik seperti potongan vintage atau desain langka yang sulit ditemukan di toko modern. Itulah sebabnya banyak pecinta fashion merasa thrifting adalah cara untuk tampil beda tanpa harus menguras dompet.
3. Masuk Lewat Jalur Ilegal dan Rugikan Industri Lokal
Di balik popularitasnya, pakaian thrifting impor membawa dampak negatif bagi industri dalam negeri. Karena banyak yang masuk tanpa membayar pajak dan bea masuk, negara kehilangan potensi pendapatan. Selain itu, produk tekstil lokal sulit bersaing dengan barang impor murah.
Pemerintah kini mulai memperketat pengawasan di pelabuhan, yang menjadi pintu utama masuknya barang ilegal tersebut. Langkah ini dianggap lebih efektif daripada menindak pedagang di pasar, karena dapat menghentikan pasokan dari sumbernya sekaligus melindungi pelaku usaha lokal.
4. Bahaya Kesehatan yang Mengintai
Pakaian bekas impor yang tidak melalui proses sterilisasi dapat menjadi sarang jamur, bakteri, dan virus. Meski tampak bersih, pakaian yang telah lama disimpan di karung tertutup bisa menjadi media tumbuh kuman.
Risikonya meliputi penyakit kulit seperti panu, kurap, hingga infeksi akibat bakteri Staphylococcus aureus dan E.coli. Bahkan partikel mikroskopis yang menempel pada kain bisa terhirup dan menyebabkan gangguan pernapasan, terutama bagi penderita asma atau alergi.