Asal Usul Kebaya Kartini, Mengapa Disebut Kebaya Kartini?

Jumat 11 Apr 2025 - 20:13 WIB
Reporter : Lusiana Purba

Radarlambar.bacakoran.co - Setiap tanggal 21 April, bangsa Indonesia mengenang perjuangan R.A. Kartini, seorang tokoh yang sangat berjasa dalam perjuangan emansipasi wanita. Pada Hari Kartini 2025, banyak perempuan yang mengenakan kebaya sebagai simbol penghormatan terhadap beliau dan semangat emansipasi yang ia perjuangkan. Di antara berbagai jenis kebaya, kebaya Kartini menonjol sebagai model yang ikonik, dikenali dengan desain yang sederhana, namun tetap elegan dan timeless.

1. Asal Usul Kebaya Kartini

Kebaya telah menjadi pakaian tradisional yang identik dengan perempuan Indonesia. Namun, kebaya Kartini memiliki tempat khusus di hati masyarakat, khususnya saat memperingati Hari Kartini. Lantas, mengapa kebaya ini dinamakan kebaya Kartini? Indiah Marsaban, seorang dosen di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia yang juga aktif dalam pelestarian kebaya, menjelaskan bahwa kebaya ini semakin dikenal luas karena sering dikenakan oleh R.A. Kartini dalam berbagai foto dokumentasi.

Model kebaya ini menjadi simbol, tidak hanya sebagai pakaian, tetapi juga sebagai representasi ekspresi diri perempuan dari berbagai latar belakang, tanpa memandang status sosial. Kebaya Kartini, kata Indiah, adalah pakaian yang inklusif, di mana perempuan dari berbagai lapisan masyarakat, mulai dari pedagang pasar hingga ibu negara, dapat mengenakannya. Oleh karena itu, kebaya ini juga sering dianggap sebagai simbol persatuan perempuan Indonesia.

2. Karakteristik Kebaya Kartini

Kebaya Kartini mempunyai desain khas yang membedakannya dari model kebaya lainnya. Ciri utama dari kebaya ini adalah bukaan di bagian depan, dengan kerah lipat, yang kemudian diikat menggunakan peniti atau kancing. Tidak seperti kebaya kutubaru yang lebih formal dengan penggunaan bef, kebaya Kartini memberikan kesan lebih simpel namun tetap elegan.

3. Kain Jarik Merupakan Pelengkap Kebaya Kartini

Kebaya Kartini tidak lengkap tanpa kain jarik sebagai pelengkapnya. Kain jarik, yang juga dikenal sebagai kain batik dalam budaya Jawa, memiliki makna yang dalam. Dalam tradisi Jawa, kain ini bukan hanya sekadar penutup tubuh, tetapi juga merupakan simbol filosofi hidup yang mengajarkan kita untuk tidak mudah iri—makna dari kata "aja gampang sirik."

Motif pada kain jarik mempunyai berbagai makna yang berkaitan dengan berbagai upacara adat. Sebagai contoh, motif Grompol digunakan pada upacara siraman pernikahan yang melambangkan harapan akan rezeki yang melimpah. Begitu juga dengan motif Sidomukti dan Sidoluhur yang digunakan pada akad nikah untuk menggambarkan kebahagiaan, kemuliaan, dan cinta dalam kehidupan berkeluarga.

Selain dalam pernikahan, kain jarik juga digunakan dalam upacara kelahiran dan kematian. Dalam upacara kelahiran, beberapa motif digunakan sebagai simbol harapan baik dan perlindungan untuk bayi yang akan lahir. Pada upacara kematian, kain jarik dengan motif Slobok digunakan sebagai tanda duka cita.

Kebaya Kartini dan kain jarik lebih dari sekadar busana. Mereka adalah simbol keberanian, kesetaraan, dan keindahan yang terwujud dalam kesederhanaan. Busana ini mencerminkan perpaduan yang harmonis antara sejarah, adat, dan ekspresi diri. Selain menjadi pakaian tradisional, kebaya Kartini dan kain jarik juga mengajarkan nilai-nilai yang penting bagi perempuan Indonesia. Dengan demikian, mereka terus menjadi simbol penting dalam kehidupan sosial dan budaya, terutama dalam peringatan Hari Kartini 2025. (*/lusi)

Kategori :