Radarlambar.Bacakoran.co - Di tengah gempuran era digital, lanskap industri media mengalami pergeseran drastis. Kini, siapa pun bisa menjadi "media" dengan cukup bermodalkan ponsel dan koneksi internet. Informasi mengalir deras dari berbagai kanal, namun tidak semuanya mengedepankan etika jurnalistik, akurasi, dan tanggung jawab dalam penyajian berita. Situasi ini memicu pertanyaan besar: apakah media mainstream sedang menuju akhir hayatnya, atau justru tengah dihadapkan pada momentum transformasi?
Antara Tantangan dan Harapan
Di tengah pesimisme terhadap masa depan media arus utama, sejumlah pakar menilai bahwa label "sunset industry" belum sepenuhnya tepat. Pengamat media sekaligus akademisi dari Universitas Multimedia Nusantara (UMN) Ignatius Haryanto, mengakui ada gejala penurunan, tapi dia melihat peluang besar di balik tantangan itu.
“Memang benar, ada kecenderungan industri media mengalami kemunduran. Tapi bukan berarti tidak bisa diatasi. Dengan langkah-langkah inovatif dan strategis, media mainstream masih bisa bangkit,” ujar Haryanto dalam wawancara di program Investor Daily Talk.
Strategi Bertahan: Konsolidasi dan Kolaborasi
Salah satu pendekatan yang dinilai krusial untuk menyelamatkan industri media adalah konsolidasi, terutama bagi lembaga penyiaran seperti stasiun televisi yang mengalami penurunan performa. Haryanto mempertanyakan mengapa hingga kini belum banyak stasiun TV yang melakukan merger untuk menyatukan kekuatan.
“Kalau beberapa TV yang kinerjanya turun bisa bergabung, akan tercipta entitas baru yang lebih tangguh dan efisien,” paparnya.
Melalui penggabungan sumber daya, beban operasional dapat ditekan, sementara kualitas konten dan daya saing dapat ditingkatkan.
Peran Strategis Media Lokal
Tak hanya itu, Haryanto menekankan pentingnya membuka ruang yang lebih luas bagi media lokal untuk berkembang. Selama ini, industri media di Indonesia cenderung Jakarta-sentris, padahal potensi besar tersebar di berbagai daerah.
“Media daerah harus diberi panggung. Banyak talenta dan potensi lokal yang bisa dikembangkan jika diberi kesempatan,” katanya.
Ia percaya bahwa pelaku media di daerah memiliki kreativitas dan fleksibilitas yang justru menjadi kekuatan dalam menghadapi dinamika industri yang terus berubah.
Transformasi: Kunci Menuju Masa Depan
Alih-alih menyerah pada tekanan zaman, Haryanto mengajak pelaku industri untuk melihat situasi ini sebagai titik tolak menuju transformasi menyeluruh. Inovasi dalam model bisnis, kolaborasi lintas sektor, dan restrukturisasi kelembagaan menjadi langkah-langkah krusial agar media mainstream tetap relevan.
“Jangan melihat sunset industry sebagai akhir, tapi sebagai tantangan untuk berevolusi. Selama ada kemauan untuk berubah, masa depan media arus utama masih bisa diselamatkan,” tegasnya.(*)