Radarlambar.bacakoran.co -Di balik gemuruh perubahan budaya yang melanda tanah Sunda pada masa lalu, ada sosok langka yang bertugas menjadi jembatan antara era Sunda Kuno dan masa yang lebih baru. Dialah Kai Raga, seorang penulis naskah Sunda Kuno yang keberadaannya jarang mendapat sorotan dalam sejarah mainstream. Namun, peranannya sangat krusial sebagai penjaga literasi lokal saat budaya Sunda mulai terimbas pengaruh Jawa-Islam dan kolonialisme.
Kai Raga bukan sekadar penulis biasa. Lewat karya-karyanya seperti Carita Purnawijaya dan Wirid Nur Muhammad, ia merawat tradisi sastra yang telah berlangsung turun-temurun di kabuyutan Ciburuy dan wilayah Gunung Larang Sri Manganti. Naskah-naskah ini bukan hanya cerita lama; mereka adalah saksi hidup keberlanjutan budaya Sunda di tengah tekanan zaman yang berubah.
Menariknya, Kai Raga juga menunjukkan betapa identitas budaya dan agama bisa saling melengkapi. Dalam Wirid Nur Muhammad, ia menggabungkan unsur sufistik Islam dengan mantra Brahmanik secara harmonis, menciptakan simbol sinkretisme khas Nusantara yang kaya dan unik. Ia membuktikan bahwa budaya tidak pernah murni dalam arti statis, melainkan selalu bergerak dan beradaptasi.
Penelitian mendalam dari berbagai sumber, mulai dari tulisan filolog Belanda seperti Pleyte, hingga karya-karya peneliti modern dan tokoh sastra seperti Ajip Rosidi, menguatkan posisi Kai Raga sebagai figur penting yang selama ini kurang terekspos. Melalui tulisan ini, kita diajak untuk tidak hanya melihat sejarah sebagai cerita kerajaan atau pahlawan besar, melainkan juga menghargai sosok-sosok pengarsip sunyi yang menjaga nyala api tradisi agar tak padam.
Pelajaran yang bisa diambil dari perjalanan Kai Raga adalah pentingnya menghargai keberagaman budaya dan memahami bahwa warisan sejarah merupakan hasil dari percampuran dan pergeseran. Melestarikan sastra dan aksara lokal bukan sekadar upaya mempertahankan masa lalu, tapi juga menjaga identitas yang kaya dan lentur di tengah dunia yang terus berubah.
Kai Raga mengajarkan kita bahwa meski terpinggirkan, warisan budaya yang dijaga dengan tekun mampu menyatukan masa lalu dan masa depan dalam sebuah harmoni yang indah. Ia adalah bukti nyata bahwa sejarah bukan hanya milik para raja, tapi juga milik mereka yang berjuang di balik layar demi kelangsungan budaya. (*)
Kategori :