Zohran Mamdani Jadi Sasaran Hinaan Usai Video Cara Makan Viral, Picu Perdebatan Soal Toleransi Budaya

Kamis 03 Jul 2025 - 06:17 WIB
Reporter : Nopriadi
Editor : Nopriadi

Radarlambar.bacakoran.co-Zohran Mamdani, anggota Majelis Negara Bagian New York sekaligus calon wali kota dari Partai Demokrat, tengah menjadi sorotan setelah video dirinya menyantap nasi dengan tangan beredar di media sosial. Dalam video itu, ia terlihat menikmati makanan tanpa menggunakan sendok atau garpu, yang merupakan cara makan umum di banyak budaya, termasuk latar belakang India-Uganda yang ia miliki.

 

Mamdani dikenal luas sebagai sosok yang terbuka menunjukkan identitas budayanya, baik dalam kehidupan pribadi maupun politik. Sayangnya, cara makannya dalam video tersebut justru memicu gelombang hinaan dan komentar bernada merendahkan, terutama dari kalangan konservatif. Hal ini memunculkan perdebatan lebih luas soal toleransi terhadap keberagaman budaya di ruang publik Amerika.

 

Salah satu reaksi yang paling banyak mendapat sorotan datang dari Brandon Gill, seorang politikus Partai Republik asal Texas. Ia menyindir bahwa perilaku tersebut tidak sesuai dengan kebiasaan masyarakat yang dianggap "beradab", dan menyarankan agar orang yang menolak norma Barat sebaiknya tidak tinggal di Amerika. Komentar ini langsung memicu kontroversi karena dinilai mencerminkan pandangan yang merendahkan serta menolak keragaman budaya.

 

Pernyataan tersebut tidak hanya dianggap sebagai serangan terhadap Mamdani secara pribadi, tetapi juga terhadap jutaan warga yang mempertahankan tradisi budaya leluhur mereka. Banyak yang melihat pernyataan itu sebagai bagian dari retorika xenofobia dan islamofobia yang sering menyasar tokoh-tokoh politik dari komunitas imigran atau Muslim.

 

Ironisnya, setelah komentar tersebut viral, warganet menemukan bahwa keluarga dekat Gill sendiri memiliki latar belakang India, dan bahkan terdapat foto ayah mertuanya yang juga makan dengan tangan. Temuan ini digunakan untuk menunjukkan ketidakkonsistenan dan kemunafikan dalam pernyataan Gill, sekaligus memperkuat kritik terhadap sikapnya.

 

Dukungan terhadap Mamdani datang dari berbagai kalangan, termasuk tokoh masyarakat, aktivis, komunitas Asia Selatan, dan diaspora Muslim. Mereka menilai bahwa makan dengan tangan adalah praktik budaya yang sah, yang seharusnya tidak dijadikan bahan ejekan. Banyak pihak menyayangkan bahwa tindakan sehari-hari yang biasa di banyak komunitas bisa disalahartikan sebagai ketidaksopanan atau keterbelakangan.

 

Insiden ini semakin menguatkan posisi Mamdani sebagai simbol keberagaman dan inklusivitas dalam politik lokal. Meskipun belum memberikan tanggapan panjang, dukungan terhadapnya terus mengalir. Peristiwa ini dinilai sebagai pengingat pentingnya pemahaman lintas budaya dan perlunya kepemimpinan yang mencerminkan realitas masyarakat yang majemuk seperti di New York. (*)

 

Kategori :