Radarlambar.bacakoran.co - Elon Musk mengalami penurunan kekayaan yang signifikan setelah mengumumkan pendirian partai politik baru bernama “American Party”. Langkah ini memicu reaksi negatif dari investor dan analis pasar, yang khawatir fokus Musk akan terpecah antara politik dan bisnis.
Pada awal pekan, kekayaan Musk menyusut sekitar 14 miliar dollar AS atau setara Rp 227 triliun. Bersamaan dengan itu, saham Tesla turun 7 persen, mencerminkan krisis kepercayaan terhadap masa depan perusahaan tersebut. American Party yang didirikannya diposisikan sebagai oposisi terhadap kebijakan ekonomi Presiden AS Donald Trump, termasuk sikap kritis terhadap Undang-Undang Pemotongan Pajak yang dianggap kontroversial.
Dampak politik Musk terlihat jelas di pasar. Harga saham Tesla anjlok sekitar 21 dollar AS per lembar. Beberapa analis menurunkan peringkat saham Tesla dari “buy” menjadi “hold” karena keterlibatan CEO mereka di ranah politik. Selain itu, angka penjualan Tesla pada kuartal pertama dan kedua 2025 menunjukkan tren menurun, dengan prediksi bahwa tahun ini bisa menjadi periode terburuk sejak 2022 dalam hal pengiriman kendaraan.
Hubungan Musk dengan Trump juga semakin memanas. Sebelumnya, Musk dikenal sebagai pendukung finansial Trump, tetapi kini keduanya terlibat perselisihan terbuka mengenai kebijakan ekonomi. Pendirian partai politik oleh Musk semakin memperburuk ketegangan tersebut, yang dibalas Trump melalui komentar pedas di media sosial.
Di sisi lain, citra publik Musk juga mengalami tekanan. Survei terbaru menunjukkan tingkat ketidaksetujuan publik terhadap dirinya naik menjadi 55 persen dalam enam bulan terakhir. Meski masih memegang gelar orang terkaya di dunia dengan kekayaan mencapai 393 miliar dollar AS, banyak pihak mulai mempertanyakan prioritasnya antara bisnis dan politik.
Bagi Tesla, keterlibatan Musk dalam politik dinilai sebagai risiko besar. Ada pandangan bahwa perusahaan bisa lebih stabil jika Musk mundur dan fokus berpolitik. Namun, terdapat pula kekhawatiran bahwa tanpa dirinya, Tesla mungkin kehilangan arah meski inovasi yang sudah ditanamkan diyakini masih bisa menjaga laju pertumbuhan perusahaan.
Kategori :