Harga Batu Bara Melejit Sambut Musim Panas Global

Jumat 11 Jul 2025 - 19:52 WIB
Reporter : Rinto Arius

Radarlambar.bacakoran.co — Memasuki pertengahan tahun, tren positif kembali menyelimuti pasar batu bara global. Harga komoditas energi ini melesat tajam, dipicu oleh meningkatnya permintaan dari negara-negara di belahan bumi utara yang tengah bersiap menghadapi musim panas ekstrem.

Dalam dua hari terakhir, harga batu bara terus menanjak. Berdasarkan data perdagangan terbaru, harga batu bara pada Rabu (9/7/2025) tercatat menembus level US$112,9 per ton, mengalami penguatan sebesar 1,16%. Dengan akumulasi kenaikan sekitar 2,9% dalam dua hari, batu bara kembali menunjukkan tajinya sebagai salah satu komoditas andalan di pasar energi dunia.

Kenaikan harga ini tidak lepas dari proyeksi lonjakan permintaan listrik, terutama untuk kebutuhan pendinginan di tengah suhu panas yang melanda kawasan Asia Timur dan Selatan, serta Eropa. Jepang, Korea Selatan, China, Pakistan, dan Bangladesh menjadi deretan negara yang bersiap menghadapi puncak musim panas yang biasanya berlangsung antara Juni hingga September.

Tak hanya Asia, negara-negara Eropa seperti Inggris, Prancis, Jerman, Italia, Spanyol, Yunani, hingga Polandia juga mengalami lonjakan suhu yang mendorong konsumsi listrik meningkat drastis. Permintaan jangka pendek dari sektor pembangkit tenaga listrik pun melonjak, dan ini memberi dorongan besar pada harga batu bara termal.

Namun, di balik geliat harga, masih ada tantangan yang membayangi. Persediaan batu bara yang melimpah di India dan China justru menahan laju pembelian dari dua negara ekonomi besar tersebut. Di India, datangnya musim hujan lebih awal telah membantu mengisi ulang waduk-waduk air secara cepat, yang berdampak pada beralihnya kebutuhan energi ke sumber pembangkit air.

Sementara itu, gelombang panas yang kini menerjang beberapa provinsi di China memberi dampak sebaliknya. Permintaan listrik melonjak tajam akibat penggunaan pendingin udara yang massif, terutama di wilayah perkotaan dengan kepadatan penduduk tinggi.

Dalam jangka menengah, para pelaku industri memproyeksikan adanya lonjakan permintaan batu bara yang bersifat musiman, terutama saat pembangkit listrik berbasis energi terbarukan tidak bisa berproduksi optimal karena gangguan cuaca ekstrem.

Namun, permintaan dari negara-negara berkembang di Asia Selatan dan Asia Tenggara diperkirakan akan menjaga stabilitas pasar. Meski demikian, secara global tren pengiriman batu bara masih mengarah pada penurunan bertahap. Hal ini tidak terlepas dari percepatan transisi energi bersih dan turunnya permintaan dari industri baja yang selama ini menjadi salah satu konsumen terbesar batu bara.

Pasar batu bara kini berada dalam persimpangan: di satu sisi, didorong oleh kebutuhan jangka pendek akibat cuaca ekstrem, dan di sisi lain dibayangi oleh bayang-bayang peralihan energi dunia. Namun untuk saat ini, cuaca panas telah memberi efek instan—harga batu bara kembali terbang tinggi. (*/rinto) 

Kategori :