Radarlambar.bacakoran.co – Insiden pembalasan dari mantan karyawan kembali terjadi dan menimbulkan kerugian besar. Seorang pria asal India bernama Kandula Nagaraju, yang pernah bekerja sebagai teknisi sistem di perusahaan teknologi Singapura, NCS, melakukan sabotase digital usai diberhentikan dari pekerjaannya.
Perusahaan mengalami kerugian sebesar US$918.000 atau sekitar Rp15 miliar setelah Kandula mengakses sistem internal dan menghapus 180 server virtual yang digunakan untuk pengujian perangkat lunak. Aksi ini dilakukan beberapa bulan setelah kontraknya diputus pada akhir 2022.
NCS diketahui merupakan perusahaan penyedia layanan teknologi informasi dan komunikasi yang mengandalkan infrastruktur server virtual untuk menjalankan sistem jaminan kualitas (QA). Meski tidak mengandung data sensitif, sistem ini menjadi vital dalam pengujian perangkat lunak sebelum diluncurkan ke pasar.
Setelah kembali ke India tanpa pekerjaan, Kandula memanfaatkan kredensial administrator yang masih aktif untuk membobol sistem secara ilegal dari jarak jauh, termasuk menggunakan Wi-Fi milik temannya ketika kembali ke Singapura. Akses dilakukan selama beberapa minggu pada awal 2023. Ia bahkan menulis dan menguji skrip penghapusan otomatis yang kemudian digunakan untuk memusnahkan ratusan server secara bertahap pada Maret 2023.
Akibat aksi tersebut, sistem QA perusahaan lumpuh total dan tidak bisa digunakan oleh tim internal. Investigasi internal menemukan adanya anomali akses dari alamat IP yang tidak biasa. Setelah laporan disampaikan ke polisi, penyelidikan digital forensik berhasil menemukan bukti skrip berbahaya pada laptop milik pelaku.
Pengadilan Singapura menjatuhkan hukuman dua tahun delapan bulan penjara kepada Kandula. Ia dinyatakan bersalah atas tindakan akses ilegal terhadap sistem komputer dengan niat merusak, berdasarkan hukum perlindungan siber setempat.(*)