RADARLAMBAR.BACAKORAN.CO – Kepala tim negosiasi Hamas, Khalil al-Hayya, muncul di hadapan publik untuk pertama kalinya setelah selamat dari upaya pembunuhan yang dilakukan Israel di Doha, Qatar. Penampilannya menjadi sorotan dunia karena terjadi di tengah proses diplomasi baru yang digagas Mesir dan Amerika Serikat untuk mengakhiri perang di Gaza.
Serangan terhadap para pemimpin Hamas itu terjadi pada 9 September 2025 dan menewaskan sejumlah tokoh penting, termasuk putra Al-Hayya, Homam al-Hayya, serta tiga ajudannya. Namun, Al-Hayya dilaporkan selamat dan kini kembali memimpin tim negosiasi Hamas dalam upaya mencapai kesepakatan gencatan senjata.
Negosiasi Gencatan Senjata di Kairo
Mesir mengonfirmasi akan menjadi tuan rumah perundingan lanjutan antara Israel dan Hamas pada Senin (6/10/2025) di Kairo. Pertemuan ini akan membahas detail pertukaran sandera dan tahanan berdasarkan rencana perdamaian 20 poin yang diajukan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.
Israel dikabarkan telah mengirimkan tim negosiasi resmi yang dipimpin langsung atas instruksi Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. Rencana tersebut mencakup penghentian agresi, pembebasan sandera Israel, dan pertukaran tahanan Palestina sebagai bagian dari langkah menuju stabilitas kawasan.
Gaza di Ambang Kehancuran
Perang yang berlangsung sejak Oktober 2023 kini memasuki tahun kedua. Lebih dari 67 ribu warga Palestina telah tewas, sebagian besar perempuan dan anak-anak. Serangan udara dan darat yang terus berlanjut menjadikan Gaza nyaris tidak layak huni. Infrastruktur penting seperti rumah sakit, sekolah, dan jaringan listrik mengalami kerusakan parah.
Selain itu, blokade berkepanjangan menyebabkan pasokan pangan terbatas dan wabah penyakit mulai merebak di sejumlah wilayah pengungsian. Situasi kemanusiaan di Gaza pun dinilai sebagai salah satu krisis terburuk dalam sejarah modern Timur Tengah.