Kekuatan Hamas yang Terus Tangguh di Gaza: Menghadapi Kegagalan Strategis Israel

Pasukan Hamas. Foto/net--

Radarlambar.bacakoranco -Sejumlah media Israel dan pakar militer kini mengakui bahwa kelompok Hamas tetap menjadi kekuatan yang terlalu kuat untuk dilenyapkan dari Gaza, bahkan setelah lebih dari 15 bulan perang. Dalam kenyataannya, Hamas diyakini masih menjadi satu-satunya otoritas yang mampu mengendalikan Jalur Gaza.

Menurut Channel 12 Israel, Israel mengalami kegagalan dalam mencapai tujuannya, termasuk mencegah Hamas dari memerintah Gaza. "Kemarin, kita melihat bahwa Hamas masih memiliki kemampuan ini," tulis mereka, merujuk pada kemunculan Brigade al-Qassam Hamas yang menyerahkan tiga tahanan perempuan Israel ke Komite Palang Merah Internasional (ICRC) sebagai bagian dari perjanjian gencatan senjata. Channel 12 menyoroti bahwa tidak ada kekuatan lain di Gaza yang bisa menandingi kekuatan Hamas, yang membuat mereka tetap mampu menegaskan kontrol mereka atas wilayah tersebut.

Amos Harel, analis militer Haaretz, juga mengakui bahwa Hamas tetap mempertahankan kekuatan militer dan pemerintahan sipil mereka di Gaza, meskipun pasukan Israel ditempatkan beberapa kilometer dari markas besar Brigade al-Qassam. Lebih jauh lagi, kesepakatan gencatan senjata tidak menjamin tercapainya dua tujuan utama Israel: menghancurkan Hamas dan membebaskan para tawanan Israel.

Sebuah jajak pendapat yang diterbitkan oleh surat kabar Israel Maariv mengungkapkan bahwa hanya 8 persen warga Israel yang percaya bahwa pemerintah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu telah sepenuhnya mencapai tujuan perang di Gaza. Ini terjadi di tengah laporan yang menyoroti tingginya jumlah korban jiwa akibat serangan pasukan Israel di Gaza utara.

Dalam konteks ini, mantan ketua Dewan Keamanan Nasional Israel, Giora Eiland, menyatakan bahwa selama senjata dan amunisi tersedia di Gaza dan masih ada pemuda yang siap berperang, kemenangan atas Hamas akan tetap sulit dicapai.

Pada 19 Januari 2025, sebuah kesepakatan gencatan senjata diberlakukan, yang memperlihatkan bagaimana pasukan Brigade al-Qassam Hamas tampil dengan kekuatan penuh. Setelah melakukan konvoi pembebasan tiga sandera, mereka muncul dengan topeng dan ikat kepala hijau sambil membawa senjata laras panjang, menunjukkan dominasi mereka di hadapan publik internasional.

Situasi ini mencerminkan ketidaksesuaian antara tujuan strategis Israel dan kenyataan di lapangan. Meskipun Israel menerima bantuan besar dari Amerika Serikat, yang merupakan negara dengan kekuatan militer terbesar, Hamas tetap menunjukkan kekuatannya. Bahkan di bawah serangan militer yang besar, Hamas tidak kehilangan kendali atas Gaza, malah gencatan senjata semakin memperkuat posisi mereka.

Selain itu, Hamas terus mendapatkan dukungan signifikan dari penduduk Gaza. Dukungan ini memberikan kedalaman sosial yang sangat besar bagi Hamas, memastikan pasokan sumber daya manusia yang berkelanjutan dan dukungan strategis yang kuat. Meskipun Israel berusaha menghancurkan infrastruktur sipil Gaza dengan berbagai cara, tidak ada tanda-tanda bahwa dukungan rakyat terhadap Hamas mulai pudar.

Israel sebelumnya sempat merencanakan untuk memindahkan penduduk Gaza secara paksa, tetapi setelah berbulan-bulan perang, penduduk Gaza tetap teguh dan menolak rencana tersebut. Di beberapa wilayah Gaza utara, para pengungsi terus kembali ke rumah mereka meski wilayah tersebut porak-poranda akibat serangan Israel.

Israel mencoba berbagai upaya untuk mengelola Gaza, termasuk membentuk pemerintahan teknokratis lokal dan administrasi militer langsung. Namun, semua upaya ini gagal, dan pemerintahan Hamas tetap utuh. Bahkan setelah serangan yang menargetkan 723 anggota polisi Gaza, ketahanan pasukan keamanan Gaza tetap kokoh.

Kegagalan Israel untuk meraih kemenangan yang jelas dalam perang ini semakin jelas ketika seorang analis politik Israel di i24 News bertanya, "Apa yang telah kita capai dalam satu tahun lima bulan? Kami menghancurkan banyak rumah, kehilangan banyak tentara terbaik kami, dan hasilnya tetap sama: Hamas berkuasa, bantuan masuk, dan Brigade al-Qassam kembali."

Kesimpulannya, meskipun pasukan Israel telah berusaha keras dengan bantuan besar dari negara sekutu, Hamas tetap menjadi kekuatan dominan di Gaza. Gencatan senjata yang baru disepakati hanya memperkuat posisi Hamas, yang tetap mempertahankan kontrol penuh atas wilayah tersebut.(*)



Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan