Batu Tulis: Cikal Bakal Nama Kecamatan Batu Ketulis, Situs Peninggalan Sejarah yang Terabaikan
BATU TULIS yang berlokasi di Pekon Bakhu ini merupakan situs bersejarah yang menjadi asal muasal nama Kecamatan Batu Ketulis Kabupaten Lampung Barat.-Foto Dok-
Situs yang berlokasi di Pekon Bakhu, Kecamatan Batu Ketulis merupakan sebuah batu yang dipenuhi ukiran tulisan yang belum diketahui secara pasti baik makna maupun artinya tersebut kini kondisinya sangat memprihatinkan.
Batu Tulis, sebuah situs bersejarah yang menjadi asal muasal nama Kecamatan Batu Ketulis di Kabupaten Lampung Barat menjadi salah satu situs bersejarah yang terkesan terabaikan oleh Pemerintah Daerah.
Tidak adanya pengawasan dan perawatan, membuat situs tersebut rawan mengalami kerusakan.
Rumput tinggi yang menyelimuti batu tersebut menandakan bahwa situs ini luput dari perhatian.
Mengingat situs Batu Tulis ini merupakan sejarah penting dari proses lahirnya nama Kecamatan Batuketulis, maka perlu adanya perhatian dari pemerintah agar situs bersejarah ini dapat dikelola dan dilestarikan.
Bahkan sudah menjadi tradisi bahwa setiap camat yang menjabat di wilayah tersebut diwajibkan untuk dapat bersilaturahmi atau mengunjungi situs tersebut.
Dan tidak sedikit pula mahasiswa dari berbagai institut, fakultas maupun instansi dari berbagai daerah untuk melakukan penelitian.
Menanggapi keberadaan Situs Batu Tulis yang tak terawat tersebut, Pj Peratin Bakhu, Aruman mengamini kondisi itu.
Akan tetapi, pemerintah pekon tidak dapat berbuat banyak, karena untuk menjaga serta merawat keberadaan situs tersebut dibutuhkan dukungan anggaran mulai dari penyediaan infrastruktur jalan hingga sarana prasarana yang dibutuhkan.
Dan sejak dulu, tokoh masyarakat maupun pemerintah pekon setempat telah mengusulkan kepada Pemkab Lampung Barat agar situs itu dapat dijadikan sebagai salah satu cagar budaya agar mendapat perhatian, akan tetapi hingga kini belum direalisasikan.
“Kondisinya memang demikian, dari informasi aparat pekon yang lama, dulu sekitar tahun 2009 sudah pernah diajukan supaya lokasi tersebut dilakukan penataan dan di bangun fasilitas pendukung seperti rumah kecil untuk menutupi situs batu itu agar kondisinya tidak rusak, tapi sampai saat ini belum ada realisasinya,” ungkapnya.
Bersamaan dengan fasilitas tersebut, dibutuhkan juga pembangunan akses jalan menuju lokasi yang saat ini kondisinya masih sulit dilalui.
Karena untuk sampai ke lokasi, pengunjung harus menempuh perjalanan sekitar 2 kilometer (Km) dengan melintasi medan jalan yang terjal.
“Untuk tahap awal minimal ada pembangunan jalan, karena akses yang ada sekarang masih sulit untuk dilalui, kami yakin kalau akses jalan sudah memadai, akan lebih banyak lagi pengunjung yang datang untuk mempelajari situs peninggalan sejarah ini,”pungkas dia. (edi)