Hamas Bebaskan Tiga Sandera Pria dalam Langkah Pertukaran Tahanan yang Menandai Gencatan Senjata Gaza

Pertukaran tahahan antara Hamas dan Israel. Foto/net--

Radarlambar.bacakoran.co -Pada Sabtu (1/2/2025), Hamas membebaskan tiga sandera pria sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata yang mengakhiri lebih dari 15 bulan pertempuran sengit di Gaza. Langkah ini menjadi bagian dari proses pertukaran tahanan antara Israel dan Hamas yang telah berlangsung sejak 19 Januari 2025.

Ketiga sandera yang dibebaskan, yaitu Yarden Bibas, Ofer Kalderon, dan Keith Siegel, diserahkan kepada Palang Merah Internasional di berbagai lokasi di Gaza. Bibas dan Kalderon, yang merupakan warga Israel dengan kewarganegaraan ganda, diserahkan di Khan Younis, wilayah selatan Gaza. Sementara Siegel, seorang warga Amerika-Israel yang tampak lemah dan kurus, dibebaskan di Gaza City, utara wilayah tersebut. Israel mengonfirmasi bahwa ketiganya telah melewati perbatasan dan segera dibawa ke rumah sakit untuk pemeriksaan kesehatan.

Pembaruan ini menunjukkan perkembangan yang lebih tertib dibandingkan dengan peristiwa dua hari sebelumnya, ketika situasi menjadi kacau dan massa sempat mengerubungi sandera yang dibebaskan. Pada kesempatan ini, Brigade Al Qassam, sayap militer Hamas, terlihat berjajar bersenjata saat serah terima sandera berlangsung, sementara ribuan orang Israel berkumpul di Hostages Square, Tel Aviv, untuk menyaksikan siaran langsung pembebasan tersebut.

Gencatan Senjata dan Pertukaran Tahanan

Gencatan senjata yang dimulai pada 19 Januari ini telah berlangsung selama dua pekan dan bertujuan untuk menghentikan pertempuran di Gaza serta memungkinkan bantuan kemanusiaan masuk ke wilayah tersebut. Sebagai bagian dari perjanjian, Israel dijadwalkan untuk membebaskan hampir 2.000 tahanan Palestina, sementara 33 sandera Israel diperkirakan akan dibebaskan. Namun, Israel melaporkan bahwa delapan sandera yang semula dijadwalkan untuk dibebaskan telah tewas, baik dalam serangan 7 Oktober 2023 maupun selama masa tahanan mereka.

Selain itu, gencatan senjata ini juga mencakup izin bagi warga Palestina yang terluka untuk meninggalkan Gaza dan menuju Mesir melalui perbatasan Rafah. Otoritas Kesehatan Palestina menyatakan bahwa 50 anak-anak yang sakit dan terluka, beserta 61 pendamping mereka, dievakuasi pada hari yang sama.

Pembebasan yang Penuh Harapan

Pembebasan Keith Siegel, seorang warga asli North Carolina yang diculik bersama istrinya, Aviva, membawa harapan besar bagi keluarganya. Aviva telah dibebaskan lebih dulu dalam gencatan senjata sebelumnya. Yarden Bibas, yang juga dibebaskan, menjadi sorotan karena nasib tragis istrinya, Shiri, dan dua anak mereka yang dilaporkan tewas akibat serangan udara Israel, meskipun pemerintah Israel belum mengonfirmasi laporan tersebut.

Sementara itu, keluarga Ofer Kalderon, seorang warga Israel yang juga dibebaskan, menunjukkan kebahagiaan besar saat melihatnya kembali. Kalderon sebelumnya telah kehilangan dua anaknya, Erez dan Sahar, yang telah dibebaskan pada gencatan senjata November lalu. "Kami menyesal ini memakan waktu lama, Ofer," ujar Eyal Kalderon, anggota keluarga, yang berharap agar keluarga lainnya bisa merasakan kebahagiaan serupa.

Proses Pertukaran Tahanan Berlanjut

Sebagai bagian dari kesepakatan, Israel juga mulai melepaskan puluhan tahanan Palestina, termasuk mereka yang menjalani hukuman panjang dan tahanan yang telah ditahan sejak serangan 7 Oktober 2023. Hingga saat ini, lebih dari 100 sandera telah dibebaskan dalam berbagai kesepakatan yang terjadi sejak November 2023. Menurut data Israel, sekitar 80 sandera Israel masih berada di Gaza, dan sepertiga di antaranya diyakini telah tewas.

Israel dan Hamas dijadwalkan kembali untuk melakukan perundingan pada pekan depan untuk membahas tahap kedua gencatan senjata, yang mencakup pembebasan sandera yang tersisa serta kemungkinan perpanjangan gencatan senjata. Meskipun begitu, ketegangan tetap tinggi antara kedua pihak. Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menegaskan bahwa operasi militer untuk menghancurkan Hamas akan terus berlanjut meskipun kelompok tersebut kembali menguasai Gaza setelah gencatan senjata.

Di sisi lain, Hamas menyatakan bahwa mereka tidak akan membebaskan sisa sandera tanpa penghentian perang total dan penarikan pasukan Israel dari Gaza.

Kesimpulan: Menuju Katalis Perubahan atau Kembalinya Ketegangan?

Serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober 2023 menewaskan sekitar 1.200 warga Israel, sebagian besar merupakan warga sipil. Sebagai respons, Israel melancarkan serangan udara dan darat yang telah mengakibatkan lebih dari 47.000 warga Palestina meninggal, menurut Kementerian Kesehatan Gaza. Ketegangan ini menimbulkan kerugian besar bagi kedua belah pihak, dan jika kesepakatan perundingan tidak tercapai, perang berpotensi kembali pecah pada awal Maret 2025, memperpanjang salah satu konflik paling berdarah di Timur Tengah dalam beberapa dekade terakhir.

Perkembangan terkini mengenai pembebasan sandera dan gencatan senjata memberikan sedikit harapan, meski masa depan yang damai masih dipenuhi ketidakpastian. (*)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan