Lindungi Satwa Primata, TNBBS –BPJN Bangun Canopy Crossing

CANOPY CROSSING : BB-TNBBS bersama BPJN Lampung membangun Canopy Crossing di tiga ruas jalan nasional yang membelah kawasan hutan TNBBS. Foto Dok--

BALIKBUKIT - Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) bersama Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) Lampung membangun Canopy Crossing di tiga ruas jalan nasional yang membelah kawasan hutan TNBBS. Langkah ini diambil sebagai mitigasi untuk menjaga konektivitas habitat satwa liar, khususnya primata arboreal, yang menghadapi ancaman akibat fragmentasi hutan.

Kepala Resort TNBBS Liwa, Supriatna, yang mendampingi Kepala Bidang Pengelola Taman Nasional Wilayah II Liwa, San Andre Jatmiko, S.Hut, M.M., menjelaskan bahwa tiga ruas jalan nasional yang melintasi TNBBS adalah ruas Sanggi-Bengkunat, Liwa-Krui, dan Pugung Tampak-Manula. Ruas-ruas jalan ini berperan dalam meningkatkan aksesibilitas serta mendukung pertumbuhan ekonomi masyarakat, tetapi di sisi lain, juga mengancam keberlangsungan hidup satwa liar di dalam kawasan konservasi.

“Ketika kanopi hutan terputus akibat pembangunan jalan, satwa primata arboreal seperti siamang (Symphalangus syndactylus), cecah (Presbytis melalophos), dan lutung kelabu (Trachypithecus cristatus) kehilangan jalur alami untuk berpindah tempat. Mereka terpaksa turun ke tanah, yang meningkatkan risiko perjumpaan dengan manusia, predator, hingga kecelakaan lalu lintas,” ujar Supriatna.

Lebih lanjut ia menjelaskan menambahkan bahwa pembangunan Canopy Crossing bertujuan untuk memastikan keberlanjutan regenerasi primata secara alami dengan tetap mempertahankan jalur perpindahan mereka di atas pohon. Fasilitas ini berupa jembatan tali atau struktur berbentuk jaring yang dipasang melintang di atas jalan, menyerupai cabang-cabang pohon yang biasa digunakan satwa arboreal untuk bergerak dari satu titik ke titik lain.

“Pembangunan Canopy Crossing di ketiga ruas jalan ini adalah langkah strategis dalam menyeimbangkan pembangunan infrastruktur dengan pelestarian ekosistem. Kami berharap fasilitas ini dapat membantu mengurangi konflik antara manusia dan satwa liar, sekaligus mendukung kelangsungan hidup primata yang bergantung pada hutan sebagai habitatnya,” jelas dia.

Selain untuk primata, pembangunan Canopy Crossing juga berpotensi membantu spesies lain yang bergantung pada tajuk pohon, seperti tupai terbang, burung, dan reptil arboreal. Keberadaan fasilitas ini menjadi solusi jangka panjang yang tidak hanya melindungi satwa liar, tetapi juga memastikan ekosistem tetap berfungsi dengan baik.

“Menurut penelitian yang dilakukan di berbagai kawasan konservasi dunia, keberadaan canopy crossing terbukti efektif dalam menjaga konektivitas habitat dan mengurangi angka kematian satwa akibat pembangunan jalan. Upaya serupa telah diterapkan di beberapa taman nasional di Indonesia, seperti Taman Nasional Gunung Halimun Salak dan Taman Nasional Betung Kerihun,” pungkasnya. *

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan