Pendapatan Bea dan Cukai RI Capai Rp183,2 Triliun Rokok Jadi Kontributor Utama

PEKERJA menata bungkus rokok bercukai di salah satu minimarket. Foto Bisnis. Foto Net--
Radarlambar.bacakoran.co - Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Keuangan, berhasil mencatatkan penerimaan bea dan cukai sebesar Rp183,2 triliun hingga akhir Agustus 2024. Angka ini setara dengan 57,1% dari target yang telah ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk tahun 2024. Pencapaian ini juga menunjukkan adanya pertumbuhan yang signifikan, yakni sebesar 6,8% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya, yang mencerminkan penguatan dalam berbagai sektor penerimaan.
Kontribusi terbesar terhadap pendapatan bea dan cukai datang dari sektor cukai, yang mencapai Rp138,4 triliun. Angka ini didominasi oleh penerimaan dari cukai hasil tembakau (CHT), khususnya rokok, yang menyumbang angka signifikan sebesar Rp132,8 triliun. Penerimaan dari rokok tersebut mengalami pertumbuhan sebesar 4,7% year-on-year (YoY), yang dipengaruhi oleh peningkatan produksi rokok dari Golongan II dan III. Hal ini terjadi meskipun tarif cukai untuk rokok Golongan I tetap berada pada level yang tinggi.
Tidak hanya dari rokok, sektor cukai lainnya juga turut menyumbang dalam penerimaan negara. Salah satunya adalah cukai pada minuman mengandung etil alkohol (MMEA), yang tercatat mencapai Rp5,4 triliun, atau mengalami kenaikan sebesar 11,9% YoY. Kenaikan ini dipicu oleh penyesuaian tarif cukai yang lebih tinggi, serta adanya peningkatan produksi MMEA domestik yang semakin diminati.
Selain cukai, penerimaan negara juga datang dari bea masuk dan bea keluar, yang masing-masing menunjukkan kinerja positif. Penerimaan dari bea masuk tercatat sebesar Rp33,9 triliun, atau 59,1% dari target yang ditetapkan dalam APBN, dengan kenaikan nilai impor yang tercatat sebesar 3,3% YoY. Sementara itu, penerimaan bea keluar meskipun lebih kecil jika dibandingkan dengan bea masuk dan cukai, menunjukkan lonjakan yang luar biasa dengan tumbuh 59,3% YoY menjadi Rp10,9 triliun. Kenaikan ini terutama didorong oleh ekspor tembaga yang mengalami lonjakan fantastis hingga 567,8% YoY.
Secara keseluruhan, pendapatan negara yang tercatat hingga Agustus 2024 mencapai Rp1.777 triliun atau 63,4% dari target APBN tahun ini. Meskipun terdapat sedikit penurunan sebesar 2,5% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, pencapaian ini tetap menunjukkan adanya stabilitas dalam kinerja perekonomian Indonesia. Terlebih lagi, pencapaian ini terjadi di tengah kondisi ekonomi global yang cukup dinamis dan penuh tantangan.
Secara keseluruhan, pemerintah tetap optimis bahwa sisa tahun 2024 akan mampu menyelesaikan target APBN, meskipun adanya sejumlah tantangan yang mungkin muncul seiring dengan fluktuasi ekonomi dunia. (*)