Unila dan Kementerian P2MI Jalin Kerja Sama Strategis

Kolaborasi ini resmi dimulai dengan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) dan perjanjian kerja sama (PKS) antara kedua belah pihak, yang berlangsung di FISIP Unila, Jumat, 16 Mei 2025.-Foto Dok---

Radarlambar.bacakoran.co – Komitmen penguatan perlindungan dan pemberdayaan Pekerja Migran Indonesia (PMI) semakin kokoh dengan terjalinnya kerja sama strategis antara Universitas Lampung (Unila) dan Kementerian Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI). Kolaborasi ini resmi dimulai dengan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) dan perjanjian kerja sama (PKS) antara kedua belah pihak, yang berlangsung di FISIP Unila, Jumat, 16 Mei 2025.

Acara tersebut dirangkaikan dengan kuliah umum bertema “Peran Pemerintah dalam Tantangan dan Peluang Pelindungan Pekerja Migran di Era Globalisasi”, yang digelar secara hybrid dan disambut antusias oleh ribuan peserta, baik daring maupun luring.

Sinergi Pendidikan dan Perlindungan Migran

Kerja sama antara Unila dan Kementerian P2MI mencakup tiga sektor utama: perlindungan, promosi dan penempatan, serta pemberdayaan PMI. Salah satu bentuk konkret dari sinergi ini adalah rencana pembentukan sentra vokasi terintegrasi di lingkungan kampus Unila. Sentra ini akan menjadi pusat pelatihan keterampilan, bahasa, dan kesiapan kerja bagi calon pekerja migran, khususnya generasi muda Lampung.

Kementerian P2MI juga mendorong Unila untuk berperan aktif dalam mengedukasi masyarakat terkait migrasi aman dan prosedural, serta menyebarkan informasi tentang jalur legal keberangkatan ke luar negeri. Hal ini penting untuk meminimalkan praktik calo dan pengiriman non-prosedural.

Lampung Berpotensi Jadi Model Nasional

Lampung saat ini berada di posisi kelima secara nasional sebagai penyumbang pekerja migran terbanyak, dengan lebih dari 81 ribu layanan penempatan PMI sejak tahun 2020 hingga April 2025. Kabupaten-kabupaten seperti Lampung Timur, Lampung Tengah, Lampung Selatan, Pringsewu, dan Tanggamus menjadi kantong utama tenaga migran dari provinsi ini.

Salah satu desa yang dianggap berhasil dalam pemberdayaan migran adalah Desa Bumi Daya, Lampung Selatan, di mana 250 dari 2.000 penduduknya bekerja sebagai PMI dan mengirimkan sekitar Rp500 juta per bulan ke kampung halaman. Kesuksesan ini akan dijadikan model oleh pemerintah untuk memperkuat ekonomi desa berbasis remitansi.

Pemberdayaan dan Literasi Keuangan

Selain kesiapan keberangkatan, kerja sama ini juga menyentuh aspek pemberdayaan pasca-kepulangan. Para pekerja migran didorong untuk mengembangkan usaha produktif setelah kembali ke tanah air. Unila akan berperan dalam memberikan pelatihan kewirausahaan, akses permodalan, dan manajemen usaha kecil menengah (UMKM).

Langkah ini ditujukan agar para mantan PMI tidak terjebak dalam gaya hidup konsumtif, melainkan mampu mengelola hasil kerja mereka untuk investasi masa depan. Upskilling di luar negeri dan pelatihan lanjutan juga akan menjadi bagian dari program terpadu yang akan dikembangkan bersama.

Peran Mahasiswa dan Akademisi dalam Migrasi Aman

Melalui kerja sama ini, civitas akademika Unila diharapkan turut serta menyebarkan nilai-nilai migrasi aman dan menjadi agen perubahan di komunitas masing-masing. Para mahasiswa juga dipersiapkan untuk menjadi calon PMI yang terampil, terlatih, dan siap bersaing secara global.

Fasilitas dan tenaga pengajar di Unila, seperti laboratorium bahasa dan dosen berkompetensi, akan dimaksimalkan untuk mendukung program ini. Kerja sama ini menjadi contoh konkret bagaimana perguruan tinggi dan pemerintah dapat berkolaborasi dalam menjawab tantangan global di sektor ketenagakerjaan migran.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan