Bombardir Nuklir Iran, Intip Fasilitas Mewah Jet Siluman B-2 Milik AS

Foto-Net--
Radarlambar.bacakoran.co- Amerika Serikat mengklaim telah melancarkan serangan terhadap tiga fasilitas nuklir utama di Iran pada Sabtu, 21 Juni 2025. Tiga lokasi strategis yang disasar adalah pusat nuklir Fordow, Natanz, dan Isfahan. Serangan tersebut merupakan bagian dari operasi militer bernama *Midnight Hammer*.
Dalam keterangan resmi Gedung Putih, serangan udara diklaim berhasil menghancurkan pusat nuklir Fordow secara signifikan. Namun, citra satelit pasca-serangan menunjukkan bahwa situs tersebut hanya mengalami kerusakan sebagian, jauh dari klaim kerusakan total. Iran sendiri menyatakan bahwa dampak serangan tidak mengganggu kegiatan nuklir karena bahan uranium telah dipindahkan sebelumnya.
Jet siluman B-2 Spirit menjadi tulang punggung dalam operasi ini. Pesawat yang dirancang khusus untuk menjatuhkan bom penghancur bunker ini lepas landas dari Pangkalan Udara Whiteman, Missouri, dan menempuh penerbangan pulang pergi sejauh lebih dari 37 jam. Untuk mendukung misi jarak jauh tersebut, pesawat dilengkapi fasilitas seperti toilet, microwave, kulkas, serta ruang istirahat bagi dua pilot yang bertugas.
Dalam pelaksanaannya, B-2 Bomber tidak bekerja sendirian. Pesawat ini mendapatkan dukungan penuh dari armada tempur lain yang melakukan pertemuan di titik koordinat strategis menjelang memasuki wilayah udara Iran. Operasi dilakukan secara senyap, dengan komunikasi minimal demi menghindari deteksi sistem pertahanan udara Iran.
B-2 Spirit merupakan jet tempur generasi canggih yang mulai dioperasikan sejak 1997. Setiap unitnya menelan biaya hingga US\$2 miliar atau setara Rp32 triliun. Saat ini, Angkatan Udara AS mengoperasikan 19 unit B-2 setelah satu unit hancur dalam kecelakaan pada 2008.
Serangan ini menambah eskalasi ketegangan antara Iran dan AS di kawasan Timur Tengah. Meskipun belum ada balasan terbuka dari Iran, berbagai negara memantau perkembangan ini dengan kekhawatiran tinggi, mengingat dampaknya terhadap stabilitas regional dan pasokan energi global, terutama jika jalur strategis seperti Selat Hormuz terganggu.
Di tengah kecaman internasional dan perhatian global terhadap upaya non-proliferasi nuklir, serangan ini memunculkan pertanyaan baru soal batas intervensi militer dalam isu energi dan keamanan global. Sementara itu, para analis memperkirakan dampak geopolitik jangka panjang dari serangan ini akan terasa dalam berbagai forum internasional, termasuk PBB dan OPEC.(*)