Rupiah Terus Anjlok Dihajar Dolar AS, Begini kata Bos BI

Gubernur BI Perry Warjiyo. Foto-Net--

RADARLAMBAR.BACAKORAN.CO- Nilai tukar rupiah kembali tertekan hingga menembus Rp16.791 per dolar AS pada Jumat (26/9). Angka ini mencatat pelemahan 42 poin atau minus 0,25 persen dibanding perdagangan sebelumnya. Padahal pada awal September lalu, rupiah masih stabil di kisaran Rp16.300–Rp16.400 per dolar AS.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menegaskan pihaknya melakukan langkah-langkah agresif untuk menahan pelemahan lebih dalam. “Bank Indonesia menggunakan seluruh instrumen yang ada secara bold, baik di pasar domestik melalui instrumen spot, DNDF (domestic non-deliverable forward), dan pembelian SBN di pasar sekunder, maupun di pasar luar negeri di Asia, Eropa, dan Amerika secara terus-menerus melalui intervensi NDF (non-deliverable forward),” jelasnya.

Perry meyakini strategi ini dapat menstabilkan nilai tukar rupiah sesuai fundamental ekonomi nasional. Selain intervensi langsung, BI juga mengajak pelaku pasar untuk bersama-sama menjaga iklim keuangan kondusif. “Kami terus berkomitmen kuat untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah,” ujarnya.

Meski saat ini rupiah menurun, Perry menekankan posisinya lebih baik dibanding periode sebelumnya. Ia mengingatkan rupiah pernah jatuh lebih dalam hingga menembus Rp17 ribu per dolar AS pada puncak ketegangan dagang global beberapa tahun lalu.

BI menilai pelemahan rupiah dipicu kombinasi faktor global dan domestik. Dari eksternal, sentimen pasar masih dibayangi kebijakan suku bunga tinggi di AS, penguatan dolar akibat ketidakpastian geopolitik, serta arus modal keluar dari emerging markets.

Sementara dari dalam negeri, faktor defisit transaksi berjalan, kebutuhan impor migas, serta likuiditas pasar valuta asing juga memberi tekanan tambahan.

Langkah BI melalui intervensi spot dan DNDF dipandang sebagai upaya jangka pendek menjaga psikologi pasar. Namun, tantangan jangka menengah tetap besar, terutama untuk memperkuat cadangan devisa, mengendalikan inflasi, serta menjaga kepercayaan investor.

Stabilitas nilai tukar rupiah akan sangat menentukan arah inflasi impor, harga pangan, hingga daya beli masyarakat. Karena itu, koordinasi antara BI, Kementerian Keuangan, dan sektor riil dinilai krusial agar rupiah tidak terus terjebak di tren pelemahan.(*/edi)

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan