Taufan Al-Aqsa: Kebangkitan Kesadaran Dunia untuk Palestina

v--
RADARLAMBARBACAKORAN.CO – Di tengah kehancuran Gaza yang berkepanjangan sejak 7 Oktober 2023, dunia mulai menyadari munculnya gelombang kesadaran baru lintas bangsa, agama, dan ideologi. Taufan Al-Aqsa bukan hanya serangan militer, tetapi simbol kebangkitan moral global melawan penjajahan modern. Dari jalanan New York hingga kampus Jakarta, dukungan terhadap Palestina menjadi gerakan sosial yang menandai lahirnya revolusi kesadaran dunia.
Pagi tadi, Hamas merilis pernyataan resmi tentang kesepakatan penghentian perang, penarikan pasukan Israel, pembukaan akses bantuan kemanusiaan, dan pertukaran tahanan. Donald Trump pun mengumumkan di akun Truth Social bahwa Israel dan Hamas telah menandatangani fase pertama rencana damai. Namun, banyak pihak menilai jalan menuju perdamaian masih panjang dan penuh jebakan politik.
Peristiwa Taufan Al-Aqsa menjadi tonggak sejarah baru. Ia membuka babak baru kesadaran global atas keadilan, kemanusiaan, dan perlawanan terhadap kolonialisme. Meski Gaza hancur dan puluhan ribu nyawa melayang, dari reruntuhan itu justru lahir gelombang empati internasional terbesar sejak perjuangan anti-apartheid di Afrika Selatan.
Kini, perjuangan Palestina tidak lagi hanya milik kawasan Timur Tengah. Ia telah menjadi simbol universal perlawanan terhadap ketidakadilan global. Demonstrasi pro-Palestina merebak di lebih dari 80 negara, sementara kampus-kampus besar seperti Harvard, Oxford, dan Cambridge menjadi pusat advokasi kemanusiaan. Perubahan besar terjadi: “deep society” dunia—masyarakat sipil, aktivis, akademisi, dan buruh—mulai menekan “deep state” negaranya masing-masing untuk berpihak pada keadilan.
Sejarah membuktikan, kemerdekaan suatu bangsa selalu berawal dari perubahan kesadaran kolektif. Seperti Indonesia, Aljazair, dan Vietnam yang berhasil merebut kemerdekaan melalui perpaduan antara perjuangan bersenjata, diplomasi, dan legitimasi moral. Begitu pula dengan Palestina yang kini berada dalam fase revolusi pra-kemerdekaan.
Untuk pertama kalinya, opini publik internasional mulai mengakui istilah “apartheid” dan “genosida” terhadap Israel. Dukungan moral masyarakat dunia kini jauh lebih kuat dibanding kepentingan politik negara-negara besar. Fenomena ini memperlihatkan bahwa perang di Gaza telah berubah menjadi perang narasi global, dan di level kesadaran moral, Palestina telah menang.
Meski demikian, perjuangan belum selesai. Amerika Serikat tetap menjadi penopang utama Israel, sementara Eropa masih terbelah antara tekanan publik dan kepentingan ekonomi. Namun, perubahan geopolitik global—dari konflik Ukraina hingga multipolaritas dunia—membuka ruang baru bagi perjuangan kemerdekaan Palestina.
Taufan Al-Aqsa membuktikan bahwa senjata bukan satu-satunya kekuatan. Narasi, kesadaran, dan hati nurani kini menjadi senjata paling ampuh untuk menembus tembok kekuasaan global. Sejarah akan mencatat bahwa dari reruntuhan Gaza lahir tatanan dunia baru yang lebih adil bagi seluruh umat manusia.