Radarlambar.Bacakoran.co - Asosiasi Industri Besi dan Baja Indonesia (Indonesian Iron & Steel Industry Association/IISIA) mengungkapkan tantangan signifikan yang dihadapi akibat kelebihan kapasitas baja global.
Kelebihan kapasitas global mencapai 632 juta ton pada 2022 juga diprediksi melonjak 158 juta ton pada 2026 mendatang
Direktur Eksekutif IISIA, Widodo Setiadharmaji menyampaikan kelebihan kapasitas tersebut menjadi ancaman banjirnya impor baja murah yang berasal dari China. Menurutnya hal itu harus menjadi perhatian utama.
Direktur Kelembagaan dan Sumber Daya Konstruksi Kementerian PUPR, Nicodemus Daud mengatakan pentingnya penggunaan baja yang sesuai standar dalam proyek infrastruktur nasional, dan dukungan kementerian terhadap industri domestik.
"Produk yang tidak memenuhi standar itu tidak digunakan dalam proyek yang menjamin keselamatan pada publik. Pihaknya akan terus mempromosikan penggunaan baja dalam negeri di berbagai proyek konstruksi nasional," katanya.
Dalam forum, ditekankan bahwa kerja sama erat antara pemerintah juga perusahaan baja nasional sangat penting guna menjaga keseimbangan pasar, mengatasi tantangan masa depan, serta meningkatkan daya saing serta keberlanjutan industri baja di Indonesia.
Intervensi pemerintah sangat diperlukan untuk melindungi industri baja nasional dari serbuan impor baja murah yang berasal dari China. Jika tidak ada dukungan tersebut, industri baja domestik menghadapi risiko kerugian juga potensi kebangkrutan.
Kepala Kebijakan Standardisasi serta Layanan Industri (PPPPSI) Kementerian Perindustrian, Sri Bimo Pratomo mengatakan pentingnya penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI) guna meningkatkan daya saing baja lokal.
Kemudian, Kim Jin-joo, Kepala Bidang Perdagangan POSCO, mengatakan dampak global dari Carbon Border Adjustment Mechanism (CBAM) serta perlunya produsen lokal mengadopsi teknologi produksi baja yang sudah berkelanjutan. Krakatau Posco juga memperkenalkan produk inovatif seperti baja tahan gempa juga baja tarik tinggi, dan menekankan pentingnya mengurangi ketergantungan pada impor murah guna melindungi keselamatan publik serta mendukung produksi domestik.(*)
Kategori :