Migingo terkenal sebagai pusat penangkapan ikan utama, terutama untuk ikan nila atau mbuta. Pulau ini awalnya tidak berpenghuni, tetapi popularitasnya meningkat ketika para nelayan menemukan bahwa perairan di sekitarnya sangat subur untuk menangkap ikan. Hal ini semakin diperkuat oleh menurunnya populasi ikan di Danau Victoria akibat eksploitasi berlebihan dan hilangnya habitat alami.
Dalam beberapa dekade terakhir, populasi pulau ini melonjak dari hanya 130 orang pada tahun 2009 menjadi lebih dari 1.000 orang saat ini. Kehidupan yang sibuk di pagi hari terlihat dari banyaknya kapal nelayan yang merapat di sekitar pulau. Penduduk setempat bahkan menyediakan layanan perbaikan kapal bagi nelayan yang mengalami kerusakan di perairan tersebut.
Tantangan dan Keunikan
Pulau Migingo menghadapi tantangan besar, mulai dari minimnya pasokan listrik hingga ruang yang terbatas untuk pemukiman. Namun, keterbatasan ini tidak menghalangi kreativitas penduduknya. Dalam video dokumenter yang dibuat oleh pembuat film Joe Hattab, kehidupan di Migingo digambarkan sebagai komunitas yang padat tetapi penuh semangat, dengan jalan-jalan sempit dan suasana malam yang khas.
Pulau ini juga menjadi bukti bagaimana manusia mampu beradaptasi dengan lingkungan yang ekstrem, memanfaatkan setiap jengkal tanah untuk menciptakan kehidupan yang produktif. Dalam banyak hal, Pulau Migingo mencerminkan perjuangan dan kreativitas masyarakat yang hidup di tengah keterbatasan.
Masa Depan Migingo
Seiring waktu, Pulau Migingo tetap menjadi simbol kerjasama lintas batas dan daya tahan manusia. Namun, pelestarian Danau Victoria sebagai sumber kehidupan utama tetap menjadi prioritas. Dengan keberlanjutan sebagai fokus, pulau kecil ini dapat terus menjadi rumah bagi komunitas yang unik dan menarik perhatian dunia sebagai salah satu tempat terpadat di bumi.(*)