Radalambar.bacakoran.co- Di tengah meningkatnya kelangkaan donor organ manusia, transplantasi organ babi mulai menjadi solusi potensial bagi pasien yang membutuhkan ginjal atau jantung.
Prosedur yang dikenal sebagai xenotransplantasi ini diharapkan dapat memperpendek waktu tunggu pasien dan menyelamatkan lebih banyak nyawa.
Menurut NYU Langone Health, semakin banyak pasien menunjukkan minat pada penelitian ini. Salah satu contohnya adalah Alex Berrios, seorang pria dari Louisville, Kentucky, yang membutuhkan transplantasi ginjal kedua. Mengalami kegagalan ginjal pada tahun 2020 dan memiliki antibodi yang akan menghancurkan ginjal manusia lain, Berrios mulai mempertimbangkan ginjal babi sebagai alternatif.
"Transplantasi ginjal babi mungkin tidak berhasil, dan saya harus menerimanya. Namun, saya pikir hal itu layak dicoba," ujar Berrios seperti dilansir Euro News.
Uji Klinis Xenotransplantasi Dimulai 2025
Dua perusahaan asal Amerika Serikat akan memulai uji klinis xenotransplantasi pertama di dunia pada tahun 2025, menggunakan organ babi yang telah diedit gennya. Meski teknologi ini menjanjikan, tantangan besar tetap ada, terutama memastikan kombinasi gen terbaik agar tubuh manusia dapat menerima organ babi tersebut.
Selama ini, eksperimen xenotransplantasi dilakukan pada lima pasien Amerika yang tidak memiliki pilihan lain. Meski belum ada pasien yang bertahan hidup lebih dari dua bulan, terdapat kabar baik dari seorang wanita yang membaik setelah menerima transplantasi ginjal babi pada akhir November lalu di NYU.
Ahli bedah transplantasi Universitas Maryland, Dr. Bartley Griffith, menegaskan pentingnya melanjutkan penelitian ini. "Kita harus memiliki keberanian untuk melanjutkan hal ini," ujarnya.
Perjuangan Berat Pasien
Bagi Berrios, transplantasi ginjal babi adalah harapan baru di tengah perjuangannya menjalani dialisis tiga kali seminggu selama empat jam setiap pagi. Dialisis ini menjadi jalan hidupnya sejak ginjalnya gagal berfungsi. Namun, prosedur ini tidak sepenuhnya menggantikan fungsi ginjal, sehingga kesehatannya perlahan memburuk.
"Dialisis membantu saya bertahan, tetapi saya ingin kembali menjalani hidup yang normal," kata Berrios.
Penelitian xenotransplantasi menjadi peluang besar bagi pasien seperti Berrios, meskipun masih membutuhkan banyak pembuktian dan pengembangan. Jika berhasil, teknologi ini berpotensi menjadi revolusi di dunia medis, memberikan harapan baru bagi ribuan pasien di seluruh dunia.(*)