Radarlambar.bacakoran.co -Pada Rabu, mantan Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, mengumumkan pengunduran dirinya dari parlemen, menandai akhir dari perjalanan politiknya sebagai anggota Knesset. Gallant, yang dikenal sering mengkritik Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan kebijakan pemerintahannya, memilih untuk mundur setelah sebelumnya dipecat oleh Netanyahu pada November 2024. Keputusan ini terjadi di tengah-tengah ketegangan yang semakin intens terkait dengan kebijakan militer Israel di Gaza.
Pemecatan dan Perselisihan dengan Netanyahu
Gallant dipecat dari posisinya sebagai Menteri Pertahanan oleh Netanyahu pada November 2024, setelah berbulan-bulan perselisihan mengenai cara Israel menangani konflik dengan Gaza. Salah satu titik perselisihan terbesar adalah kebijakan mengenai genosida di Gaza, yang memicu ketegangan antara Gallant dan para sekutu sayap kanan Netanyahu. Namun, meskipun dipecat, Gallant tetap mempertahankan kursinya di Knesset, sebagai anggota yang dipilih oleh rakyat, hingga akhirnya dia memutuskan untuk mengundurkan diri.
Dalam sebuah pernyataan yang disiarkan televisi, Gallant menyatakan, "Sama seperti di medan perang, begitu juga dalam pelayanan publik. Ada saat-saat di mana seseorang harus berhenti, menilai, dan memilih arah untuk mencapai tujuan." Pernyataan ini mencerminkan keyakinannya bahwa terkadang dalam perjalanan politik, ada momen di mana keputusan sulit harus diambil demi kebaikan lebih besar.
Perselisihan Sejak Maret 2023
Sebelumnya, pada Maret 2023, Gallant juga sempat dipecat oleh Netanyahu setelah Gallant secara terbuka menentang rencana pemerintah untuk mengurangi kekuasaan Mahkamah Agung Israel. Tindakan Gallant tersebut memicu protes massal di seluruh Israel, yang akhirnya membuat Netanyahu menarik kembali keputusan pemecatannya. Namun, meskipun sering kali berselisih dengan Netanyahu dan sekutunya, Gallant selalu menunjukkan sikap independen yang tegas terhadap kebijakan pemerintah, terutama terkait masalah ketidakadilan sosial dan militer.
Komitmen pada Likud dan Masa Depan Politik
Meskipun mundur dari Knesset, Gallant tetap menegaskan bahwa dia tetap setia pada Partai Likud. Dalam pengumumannya, ia menyatakan, "Jalan Likud adalah jalan saya." Langkah ini tampaknya merupakan upaya strategis Gallant untuk menghindari sanksi atau tindakan yang dapat membatasi masa depannya di partai tersebut. Dengan mundur secara sukarela, Gallant tetap membuka peluang untuk dirinya mencalonkan diri lagi dalam pemilu mendatang sebagai kandidat dari Likud, tanpa harus menghadapi potensi pembatasan karier akibat sanksi internal partai.
Krisis di Gaza dan Tuduhan Kejahatan Perang
Keputusan Gallant datang pada saat yang sangat sensitif, di tengah konflik yang terus berlangsung di Gaza. Sejak serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, lebih dari 45.550 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, dilaporkan tewas akibat serangan militer Israel. Kejahatan kemanusiaan yang terjadi selama perang ini telah menarik perhatian dunia internasional, termasuk keputusan Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) yang mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Netanyahu dan Gallant atas tuduhan kejahatan perang.
Selain itu, Israel kini juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional terkait tindakan militernya di Gaza. Meski demikian, Netanyahu dan Gallant tetap mendapatkan dukungan dari sebagian besar masyarakat Israel yang mendukung kebijakan keras terhadap kelompok Hamas, yang dianggap sebagai ancaman terhadap keamanan nasional Israel.
Kesimpulan
Pengunduran diri Yoav Gallant dari parlemen menandai langkah penting dalam karier politiknya yang penuh dengan ketegangan dan konflik dengan Netanyahu. Meskipun keputusannya untuk mundur mungkin mengejutkan, ini juga merupakan langkah strategis untuk menjaga peluang politiknya di masa depan. Dengan komitmennya yang kuat pada Partai Likud, Gallant masih berpotensi memainkan peran penting dalam peta politik Israel, terutama dalam menghadapi tantangan besar yang sedang dihadapi negara tersebut, baik dalam hal kebijakan dalam negeri maupun respons terhadap situasi di Gaza.
Gallant mungkin telah mundur dari Knesset, tetapi perjalanannya dalam dunia politik Israel jauh dari selesai. Keputusan ini mencerminkan betapa kompleksnya dinamika politik di negara yang sedang dilanda konflik besar, serta bagaimana individu-individu seperti Gallant harus membuat keputusan sulit untuk menentukan arah masa depan mereka. (*)
Kategori :