Radarlambar.bacakoran.co- Sejumlah negara seperti Amerika Serikat (AS), Australia, dan Korea Selatan (Korsel) melarang penggunaan teknologi kecerdasan buatan (AI) DeepSeek asal China, dengan alasan utama berkaitan dengan keamanan dan sentimen terhadap China.
Australia menjadi salah satu negara yang melarang penggunaan DeepSeek pada perangkat pemerintahannya, karena dianggap berpotensi menimbulkan risiko keamanan yang tidak dapat diterima.
Pemerintah Australia mengeluarkan arahan agar semua entitas pemerintah mencegah penggunaan produk, aplikasi, dan layanan web dari DeepSeek.
Menteri Dalam Negeri Australia, Tony Burke, menyatakan bahwa pelarangan ini bertujuan untuk melindungi kepentingan dan keamanan nasional Australia.
Korea Selatan juga mengeluarkan larangan sementara terkait penggunaan DeepSeek, dengan alasan serupa. Pemerintah Korsel mengingatkan kementerian dan lembaga negara untuk berhati-hati dalam menggunakan layanan AI, termasuk DeepSeek dan ChatGPT, di tempat kerja.
Beberapa perusahaan besar di Korsel, seperti perusahaan tenaga hidro dan nuklir negara serta Kakao Corp, sudah memblokir atau memberikan arahan agar karyawan tidak menggunakan DeepSeek.
Di Amerika Serikat, pemerintah sedang mengajukan aturan yang dapat melarang penggunaan DeepSeek. RUU ini, yang diajukan oleh Senator Partai Republik Josh Hawley, bertujuan untuk mencegah pengembangan kecerdasan buatan di China dan mengenakan hukuman bagi pelanggar, baik individu maupun perusahaan.
Pelanggar dapat dikenakan denda hingga US$1 juta atau hukuman penjara hingga 20 tahun. RUU ini diajukan setelah popularitas DeepSeek yang tiba-tiba menyebabkan ketidakpastian di pasar teknologi AS.
Langkah-langkah ini mengikuti tindakan serupa yang telah diambil oleh negara-negara seperti Italia dan Taiwan, dan saat ini negara-negara di Eropa dan belahan dunia lainnya tengah menyoroti dan mempertimbangkan kebijakan terkait penggunaan DeepSeek.(*)