Pakaian Adat Sulawesi Utara, Keunikan dan Makna Filosofis

Senin 31 Mar 2025 - 06:19 WIB
Reporter : Yayan Prantoso
Editor : Yogi Astrayuda

4. Paparong: Identitas Budaya pada Kepala

Paparong adalah kain penutup kepala berbentuk segitiga yang digunakan dalam berbagai upacara adat. Kain ini memiliki peran penting dalam melengkapi pakaian adat Sulawesi Utara.

 

5. Baju Karai dan Wuyang: Warisan Pakaian Adat Minahasa

Karai adalah rompi hitam tanpa lengan berbahan ijuk yang digunakan oleh pria Minahasa, sementara Wuyang adalah kebaya dari kulit kayu yang digunakan oleh wanita. Seiring perkembangan zaman, pakaian ini mendapat pengaruh dari budaya Spanyol dan Tiongkok, yang terlihat dari penggunaan kebaya berlengan panjang dan motif kain yang khas.

 

6. Tonaas dan Walian Wangko: Busana Para Pemuka Adat

Pakaian Tonaas Wangko untuk pria terdiri dari baju hitam berlengan panjang dengan motif padi emas dan topi merah berhias emas. Sementara wanita mengenakan kebaya panjang putih atau ungu yang dipadukan dengan sarung batik dan mahkota.

 

Sedangkan Walian Wangko adalah pakaian adat pemuka adat yang terdiri dari jubah putih bermotif padi dengan topi khas, serta kebaya panjang putih atau ungu bagi wanita.

 

7. Laku Tepu: Keunikan Pakaian Adat Sangihe

Laku Tepu merupakan busana adat suku Sangihe, dikenakan oleh pria dan wanita dalam berbagai acara adat. Warna cerah pada pakaian ini mencerminkan status sosial pemakainya.

 

8. Pakaian Adat Bolaang Mongondow: Kemewahan dalam Busana Pengantin

Pakaian pengantin Bolaang Mongondow mencerminkan kemewahan dengan bahan satin mengkilap untuk pria dan pakaian mencolok dengan perhiasan emas untuk wanita. Golongan bangsawan mengenakan Kohongian, sedangkan pendamping pemerintah memakai Simpal yang lebih sederhana.

Kategori :