Dengan fokus pada hal-hal yang benar-benar dibutuhkan dan menghindari pengeluaran yang bersifat sementara, kita dapat menciptakan keseimbangan finansial yang sehat.
Pengalaman Pribadi: Penerapan Loud Budgeting
Saya sendiri mulai menerapkan Loud Budgeting sejak tahun lalu.
Pada satu kesempatan, rekan kerja saya merencanakan sebuah piknik, namun setelah melihat anggaran yang dibutuhkan, saya menyadari bahwa biaya tersebut hampir sebesar seperempat dari penghasilan bulanan saya.
Dengan jujur, saya mengungkapkan bahwa saya tidak mampu untuk mengikuti acara tersebut karena keterbatasan anggaran.
Meskipun ini terasa canggung, saya merasa keputusan tersebut adalah yang terbaik untuk kesehatan finansial saya.
Selain itu, ketika ada permintaan anggaran untuk kegiatan lain, prioritas utama saya adalah memastikan kesesuaian pengeluaran dengan anggaran yang tersedia.
Kejujuran ini, meskipun terkadang tidak mudah, telah membantu saya menjaga stabilitas keuangan dan mencegah tekanan sosial untuk mengikuti gaya hidup yang tidak sesuai dengan kemampuan saya.
Menanggalkan Mentalitas Gengsi
Salah satu tantangan terbesar dalam mengelola keuangan adalah mentalitas gengsi.
Terkadang, kita merasa terpaksa mengikuti gaya hidup orang lain atau memenuhi ekspektasi sosial meskipun itu di luar kemampuan kita.
Loud Budgeting mengajak kita untuk menanggalkan mentalitas gengsi tersebut dan lebih fokus pada kebutuhan yang lebih mendasar dan berkelanjutan.
Dengan berani mengatakan "tidak" terhadap pengeluaran yang tidak perlu, kita dapat menghindari tekanan untuk memaksakan diri tampil sesuai dengan standar sosial.
Ini memungkinkan kita untuk lebih menghargai stabilitas finansial dan kesejahteraan jangka panjang.