Tim Trump Tekan Israel Hentikan Perang Gaza, Ancaman Kehilangan Dukungan AS Muncul

Rabu 21 May 2025 - 13:52 WIB
Reporter : Nopriadi
Editor : Nopriadi

Radarlambar.bacakoran.co -Hubungan antara Amerika Serikat dan Israel mengalami ketegangan serius menyusul peringatan dari pihak-pihak terdekat mantan Presiden AS, Donald Trump. Menjelang pertengahan Mei 2025, sejumlah penasihat Trump dilaporkan telah menyampaikan keprihatinan mereka kepada pejabat Israel mengenai kelanjutan operasi militer di Gaza. Mereka memperingatkan bahwa jika konflik ini tak segera dihentikan, Israel berisiko kehilangan dukungan dari Washington.

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menjadi sasaran tekanan langsung. Meski memiliki pengaruh politik cukup kuat untuk mengakhiri perang, sumber informasi menyebut bahwa Netanyahu belum menunjukkan kemauan politik yang sama. Namun, setelah mendapat respons keras dari negara-negara sahabat terkait situasi kemanusiaan di Gaza, pemerintah Israel akhirnya kembali membuka jalur bantuan—meski dengan pembatasan yang sangat ketat.

Dalam pertemuan kabinet pada 18 Mei 2025, Netanyahu disebut mencoba meyakinkan para menteri bahwa kebijakan baru terkait pengiriman bantuan hanyalah urusan administratif. Menteri Keuangan Israel, Bezalel Smotrich, yang sebelumnya menolak pencabutan blokade, akhirnya menyetujui langkah tersebut.

Sinyal pergeseran sikap Washington semakin terlihat jelas ketika sejumlah pejabat penting AS membatalkan kunjungan resmi mereka ke Israel, termasuk Wakil Presiden JD Vance dan Menteri Pertahanan Pete Hegseth. Bahkan, Trump sendiri disebut menghentikan komunikasi langsung dengan Netanyahu akibat merasa tidak dihargai dalam proses politik Israel.

Laporan dari media Israel KAN menyebutkan bahwa utusan khusus AS untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, berperan besar dalam pembebasan sandera berdarah campuran AS-Israel, Edan Alexander. Ia diduga menjalin kontak langsung dengan Hamas dan menjanjikan bantuan akan kembali masuk Gaza sebagai imbal balik pembebasan sandera—sebuah janji yang tidak dikomunikasikan sebelumnya kepada Tel Aviv.

Meskipun Netanyahu kemudian mengeklaim bahwa pembebasan Alexander adalah hasil dari tekanan militer dan diplomasi AS, berbagai sumber mengindikasikan bahwa keputusan untuk membuka kembali akses bantuan sudah dibuat dalam komunikasi diam-diam antara Netanyahu dan Witkoff, menjelang pembebasan sandera tersebut.

Dalam waktu bersamaan, militer Israel justru meningkatkan intensitas serangan mereka, termasuk melancarkan operasi darat di wilayah utara dan selatan Gaza. Blokade total tetap diberlakukan sejak awal Maret, menyebabkan lebih dari dua juta warga Gaza berada dalam kondisi kelaparan ekstrem.

Negosiasi tidak langsung antara Israel dan Hamas terus berlangsung di Doha, Qatar, namun belum menunjukkan kemajuan berarti. Delegasi Israel bahkan dikabarkan mempertimbangkan untuk menarik diri jika tidak terjadi perubahan signifikan.

Hamas telah menyatakan kesiapan mereka untuk membebaskan semua sandera Israel secara sekaligus, dengan syarat operasi militer dihentikan, pasukan ditarik dari Gaza, dan para tahanan Palestina dibebaskan. Namun, Israel terus menambahkan syarat-syarat baru, termasuk permintaan agar kelompok perlawanan melucuti senjata mereka—sebuah tuntutan yang ditolak mentah-mentah oleh faksi-faksi Palestina.

Qatar: Upaya Damai Terus Disabotase

Perdana Menteri Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani, menegaskan komitmen negaranya bersama Mesir dan AS untuk menjadi penengah dalam konflik Gaza. Dalam pidato pembukaan Forum Ekonomi Qatar pada 20 Mei 2025, ia menyampaikan bahwa upaya negosiasi perdamaian selama ini kerap digagalkan oleh sabotase dan manipulasi dari berbagai pihak.

Ia menyayangkan bahwa meskipun pembebasan sandera seperti Edan Alexander seharusnya menjadi titik balik untuk meredakan ketegangan, yang terjadi justru adalah peningkatan serangan militer Israel ke Gaza. Situasi ini semakin mempersulit upaya diplomatik.

Sejak Oktober 2023, lebih dari 53.000 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak, telah kehilangan nyawa akibat agresi Israel. Tindakan ini memicu reaksi internasional, termasuk dari Mahkamah Pidana Internasional (ICC) yang telah mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas dugaan kejahatan perang.

Di Mahkamah Internasional (ICJ), Israel juga sedang menghadapi gugatan genosida, mempertegas bahwa tekanan global terhadap Tel Aviv semakin meningkat.

Di Jakarta, solidaritas terhadap Palestina pun terus bergema. Ribuan massa yang tergabung dalam Aliansi Rakyat Bela Palestina menggelar aksi damai di kawasan Monumen Nasional pada 18 Mei 2025, menyerukan penghentian genosida di Gaza. (*)

Kategori :