Temuan Baru Ilmuwan Radboud University, Semesta Bakal Berakhir Jauh Lebih Cepat dari Perkiraan?

Rabu 02 Jul 2025 - 16:29 WIB
Reporter : Edi Prasetya
Editor : Edi Prasetya

Radarlambar.bacakoran.co- Penelitian terbaru dari tim ilmuwan Radboud University, Belanda, mengguncang kembali pemahaman kosmologi modern. Mereka menyatakan bahwa alam semesta kemungkinan akan berakhir dalam waktu satu quinvigintillion tahunyakni angka 1 diikuti oleh 78 nol. Meski terdengar fantastis dalam skala waktu manusia, angka ini jauh lebih pendek dibandingkan prediksi sebelumnya, yakni 10^1100 tahun, atau angka 1 diikuti oleh 1.100 nol.

Penemuan ini mengundang refleksi filosofis sekaligus ilmiah: Apakah semesta memiliki batas, dan sejauh mana teori-teori fisika teoretis mampu meramalkan nasib kosmik?

Menggugat Dominasi Lubang Hitam: Hawking Radiation dalam Objek Astrofisika Lain

Penelitian ini berpijak pada teori Hawking radiation, yang dikembangkan oleh Stephen Hawking pada 1975. Teori ini menyatakan bahwa lubang hitam dapat kehilangan massa melalui emisi partikel kuantum, sehingga pada akhirnya menguap. Namun, studi dari Radboud University memperluas horizon pemahaman ini: bukan hanya lubang hitam, tapi juga neutron star dan white dwarf bisa mengalami penguapan secara perlahan.

“Selama ini, fenomena ini dianggap eksklusif pada black hole. Tapi kami menunjukkan bahwa penguapan juga bisa terjadi pada bintang neutron dan katai putih,” kata Prof. **Heino Falcke**, astrofisikawan yang juga pernah terlibat dalam pemotretan pertama lubang hitam oleh Event Horizon Telescope.

Menghitung Kematian Kosmik: Dari Mikro ke Makro

Neutron star dan white dwarf adalah sisa-sisa terakhir dari bintang yang telah “mati”. Karena mereka adalah objek paling stabil dan padat yang akan tetap eksis saat galaksi, bintang, dan planet telah punah, maka menghitung usia penguapan mereka setara dengan menghitung batas akhir alam semesta itu sendiri.

Tim menggunakan model matematika dari studi mereka pada 2023 yang menunjukkan bahwa gravitasi kuat, bukan hanya singularitas lubang hitam, menjadi kunci utama munculnya radiasi kuantum. Dalam model mereka, kepadatan menjadi parameter krusial dalam menentukan seberapa cepat objek tersebut akan menguap.

Dengan pendekatan ini, umur semesta diperkirakan akan berakhir dalam 10^78 tahun—angka yang masih mengerdilkan umur semesta saat ini yang ‘baru’ sekitar 13,8 miliar tahun.

Konsekuensi Teoretis dan Falsifikasi Teori

Penelitian ini membawa implikasi penting dalam fisika teoretis, khususnya dalam memahami hubungan antara gravitasi, termodinamika, dan mekanika kuantum. Jika penguapan bisa terjadi pada objek selain lubang hitam, maka Hawking radiation bukan fenomena eksklusif, melainkan bagian dari prinsip universal.

Menurut Prof. Walter van Suijlekomrekan penulis studi dan profesor matematika, “Meneliti kasus ekstrem seperti ini memberi kita peluang langka untuk menguji batas teori yang sangat mendalam—dan seringkali spekulatif—dalam fisika teoretis.”

Kosmologi, Keterbatasan, dan Harapan

Meskipun angka satu quinvigintillion tahun masih tidak terjangkau oleh logika waktu manusia, revisi ini mengingatkan bahwa prediksi tentang akhir semesta tetap bersifat tentatif. Ia bergantung pada batas pengetahuan saat ini dan model-model yang bisa saja berubah drastis dalam dekade mendatang.

Lebih dari sekadar angka, studi ini adalah pengingat bahwa kosmologi bukan hanya ilmu tentang bintang dan lubang hitam, melainkan cermin keterbatasan dan pencarian manusia terhadap asal-usul dan akhir dari segalanya.(*)

Kategori :