Raarlambar.bacakora.co – Ukraina kembali diguncang serangan besar-besaran dari Rusia. Kali ini, sebanyak 479 drone dikerahkan dalam satu malam, menjadikannya serangan udara terbesar dalam beberapa bulan terakhir sejak awal invasi.
Serangan itu menghantam sejumlah wilayah di Ukraina, termasuk di barat, tengah, hingga selatan negara itu. Kota Rivne yang sebelumnya relatif tenang ikut menjadi sasaran dan mengalami kerusakan paling parah dalam insiden ini.
Meski berskala besar dan masif, Angkatan Udara Ukraina memastikan bahwa tidak ada laporan korban jiwa dari serangan tersebut. Namun, sejumlah fasilitas sipil dan infrastruktur dilaporkan mengalami kerusakan, termasuk instalasi energi dan bangunan industri.
Serangan ini datang di tengah memburuknya situasi diplomatik antara Moskwa dan Kyiv. Rusia menolak seruan gencatan senjata yang diajukan komunitas internasional, sementara Ukraina menilai agresi ini sebagai bukti bahwa Moskwa tidak serius menempuh jalur damai.
Dari total ratusan drone yang dikirimkan Rusia, Ukraina mengklaim telah berhasil menembak jatuh sebagian besar—sekitar 460 unit—bersama dengan 19 dari 20 rudal yang diluncurkan bersamaan. Keberhasilan ini dianggap sebagai hasil dari perbaikan sistem pertahanan udara dalam negeri, meski tekanan terhadap kemampuan tempur terus meningkat.
Sementara itu, sebagai respons cepat, militer Ukraina meluncurkan serangan balasan ke wilayah Rusia. Salah satu target utama adalah sebuah pabrik elektronik yang diketahui memproduksi suku cadang drone tempur milik Rusia. Serangan itu memaksa fasilitas tersebut menghentikan operasionalnya.
Ketegangan di medan perang Ukraina-Rusia kembali menunjukkan eskalasi. Dengan skala serangan yang makin besar dan teknologi yang makin canggih, ancaman terhadap wilayah Ukraina tetap tinggi. Di saat yang sama, kekuatan pertahanan udara Ukraina kini menghadapi ujian berat dalam menghadang gelombang baru serangan tanpa awak yang terus membombardir wilayahnya. (*)