Basarnas Bantah Tuduhan Lalai Evakuasi Juliana Marins, Brasil Pertimbangkan Langkah Hukum Internasional

Selasa 08 Jul 2025 - 15:50 WIB
Reporter : Nopriadi
Editor : Nopriadi

Radarlambar.bacakoran.co Proses evakuasi pendaki asal Brasil, Juliana Marins, yang terjatuh di Gunung Rinjani, Lombok, Nusa Tenggara Barat, memicu gelombang kritik. Banyak pihak, termasuk Pemerintah Brasil, menilai penanganan yang dilakukan Badan Search and Rescue Nasional (Basarnas) Indonesia berjalan lamban hingga berujung pada kematian Marins.

Menanggapi tudingan tersebut, Basarnas menyatakan seluruh prosedur penyelamatan telah dilakukan sesuai standar operasi. Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI Mohammad Syafi’i menegaskan, pihaknya langsung mengerahkan tim begitu menerima laporan jatuhnya Marins di jurang curam Rinjani. Namun, medan ekstrem dan kondisi cuaca yang tidak bersahabat membuat proses evakuasi menjadi sangat menantang.

Juliana Marins diketahui terjatuh ke kedalaman sekitar 600 meter di tebing dengan kemiringan ekstrem. Tim SAR harus menyambung tali sepanjang 250 meter untuk menjangkau lokasi jatuhnya korban. Selain itu, hujan, kabut tebal, serta pasokan oksigen yang terbatas di ketinggian 9.000 kaki memperlambat laju penyelamat. Drone thermal yang dikerahkan pada hari pertama pencarian juga gagal mendeteksi posisi korban akibat jarak pandang yang terbatas.

Pencarian baru membuahkan hasil pada hari keempat, ketika tim berhasil menjangkau tubuh Marins yang sudah tidak bergerak. Jenazah kemudian dievakuasi dengan metode vertical lifting sebelum ditandu menyusuri jalur pendakian menuju Posko Sembalun. Dari sana, jenazah dibawa menggunakan helikopter ke Rumah Sakit Bhayangkara Polda NTB untuk proses identifikasi lebih lanjut.

Di Brasil, peristiwa ini mendapat perhatian serius. Kantor Pembela Umum Federal (DPU) telah mengajukan permintaan kepada Kepolisian Federal untuk menyelidiki kemungkinan unsur kelalaian otoritas Indonesia. Jika terbukti ada pelanggaran, Brasil berencana membawa kasus tersebut ke forum internasional seperti Komisi Antar-Amerika untuk Hak Asasi Manusia (IACHR).

Pihak keluarga dan warga Brasil sebelumnya mengkritik lambannya proses evakuasi, menyebut Marins sempat ditemukan masih hidup setelah terjatuh namun tidak segera diselamatkan. Namun, Basarnas menegaskan bahwa respons dilakukan secepat mungkin dengan mempertimbangkan keselamatan tim penyelamat di medan yang sulit.

Kasus ini kini menjadi sorotan lintas negara, memunculkan diskusi tentang prosedur penyelamatan di kawasan wisata alam ekstrem seperti Rinjani dan kesiapan peralatan SAR untuk medan vertical rescue di ketinggian. (*)



Kategori :