Radarlambar.bacakoran.co -Sekretaris Jenderal NATO, Mark Rutte, mengeluarkan peringatan serius tentang kemungkinan skenario geopolitik yang mengancam stabilitas global. Ia menyebut China berpotensi memanfaatkan Rusia untuk memicu konflik di Eropa, sekaligus mengalihkan perhatian aliansi pertahanan Barat dari kawasan Indo-Pasifik.
Pernyataan Rutte ini diungkapkan dalam wawancara dengan The New York Times yang dirilis Sabtu (5/7/2025), sebagaimana dilaporkan RBC-Ukraine. Eks Perdana Menteri Belanda tersebut meyakini Beijing bisa mendorong Moskow melakukan serangan terhadap wilayah NATO, terutama jika China memutuskan untuk menginvasi Taiwan.
Menurutnya, langkah tersebut akan memaksa Amerika Serikat dan sekutunya terpecah fokus antara mempertahankan Eropa dan menjaga kepentingan di Indo-Pasifik. Rutte menegaskan keamanan Atlantik, Eropa, dan Arktik adalah prasyarat agar AS dapat melindungi kawasan Indo-Pasifik dengan efektif.
Ia juga memaparkan dua langkah strategis untuk menghadapi ancaman tersebut. Pertama, memastikan serangan ke wilayah NATO menjadi skenario berisiko tinggi bagi Rusia, sehingga Moskow tidak berani mengambil langkah agresif. Kedua, memperkuat kerja sama antara NATO dan negara-negara Indo-Pasifik dalam bidang industri pertahanan dan inovasi teknologi, sebagaimana pernah didorong oleh Presiden Trump.
Di sisi lain, China selama ini menyatakan posisi netral terhadap perang Rusia-Ukraina. Namun laporan dari diplomat Uni Eropa menyebut Menteri Luar Negeri China, Wang Yi, pernah menyampaikan bahwa Rusia tidak boleh kalah dalam konflik tersebut. Pernyataan itu memperkuat kekhawatiran Barat atas potensi kolaborasi strategis Beijing-Moskow dalam menghadapi NATO.
Skenario yang diungkap Rutte menyoroti kompleksitas persaingan global saat ini, di mana konflik di satu kawasan dapat memicu reaksi berantai yang mengguncang stabilitas internasional. (*)
Kategori :