Gencarkan Gerdal OPT Tikus, DKPP Pesbar bersama Petani Turun ke Sawah

Selasa 08 Jul 2025 - 19:12 WIB
Reporter : Yayan Prantoso

NGARAS - Serangan hama tikus yang makin meresahkan petani di Kabupaten Pesisir Barat (Pesbar), ditanggapi cepat oleh Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) setempat. Pada Selasa, 8 Juli 2025, DKPP bersama para petani di Pekon Kota Batu, Kecamatan Ngaras, menggelar aksi lapangan Gerakan Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (Gerdal OPT) tikus secara serentak.

Kepala DKPP Pesbar, Unzir, S.P., melalui Kabid Tanaman Pangan dan Hortikultura, Muchtar Husin, S.P., mengatakan bahwa Gerdal OPT tikus ini merupakan respons cepat terhadap keluhan petani terkait ancaman gagal panen akibat hama yang berkembang pesat saat musim tanam. Kegiatan yang berlangsung di sejumlah lahan pertanian milik masyarakat ini juga difokuskan untuk menekan populasi tikus yang belakangan semakin merusak tanaman padi dan jagung.

“Gerdal ini merupakan langkah konkret. Kita tidak bisa menunggu sampai tikus merajalela dan petani menanggung kerugian besar. Maka dari itu, pengendalian dilakukan secara serentak, masif, dan melibatkan langsung petani sebagai pelaku utama,” katanya Muchtar.

Dalam pelaksanaannya, petani bergotong royong melakukan berbagai metode pengendalian. Mulai dari perburuan manual menggunakan alat tradisional, pemasangan perangkap di jalur lintasan tikus, hingga pengasapan lubang sarang menggunakan bahan alami, maupun upaya lainnya.

“Pengendalian hama tikus tidak cukup dilakukan sesekali. Butuh konsistensi dan partisipasi aktif dari semua pihak, terutama petani,” jelasnya.

Karena itu, kata dia, dalam kegiatan ini, DKPP juga memberikan edukasi tentang pengelolaan ekosistem lahan pertanian yang mendukung upaya pencegahan jangka panjang. Pihaknya juga menyampaikan kepada petani mengenai bagaimana cara mengenali tanda-tanda awal serangan, cara mengatur habitat supaya tidak ramah bagi tikus, dan memperkenalkan pengendalian hayati seperti burung hantu sebagai predator alami.

“Ancaman terhadap ketahanan pangan lokal bukan hanya datang dari cuaca ekstrem, tapi juga dari organisme pengganggu yang selama ini kurang diantisipasi dengan pendekatan terpadu,” ujarnya.

Karena itu, masih kata dia, kolaborasi antar petani dalam satu kawasan juga sangat penting. Sebab, pengendalian parsial atau individual seringkali tidak efektif. Tikus yang diusir dari satu lahan bisa berpindah ke lahan tetangga. Sehingga, pendekatan massal seperti Gerdal menjadi solusi paling rasional dan terbukti lebih berdampak luas.

“Yang kita tekankan adalah kesadaran kolektif. Kalau hanya satu dua petani yang bergerak, tidak akan efektif. Tapi kalau satu pekon bergerak bersama, hasilnya akan jauh lebih maksimal,” kata dia.

Ditambahkannya, dengan pelaksanaan Gerdal OPT tikus yang berkelanjutan, pemerintah berharap produktivitas pertanian di Pesbar tetap terjaga. Terlebih, kabupaten ini dikenal sebagai salah satu lumbung padi utama di wilayah barat Provinsi Lampung. Menjaga hasil pertanian berarti menjaga ketahanan pangan daerah, sekaligus mendukung stabilitas ekonomi petani lokal.

“Ini bukan soal tikus semata. Ini tentang keberlanjutan pangan. Kalau tidak kita tangani sekarang, dampaknya akan panjang,” pungkasnya. (yayan/*)

 

Kategori :