Radarlambar.Bacakoran.co - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pesisir Barat (Pesbar) mencatat, dalam kurun tujuh bulan terakhir sepanjang Januari hingga Juli 2025 terjadi 69 peristiwa bencana. Dari puluhan kejadian itu, terdapat enam korban jiwa, sementara sisanya menyebabkan kerugian material dan mengganggu aktivitas warga.
Kepala BPBD Pesbar, Imam Habibbudin, S.Hut., M.Si., mengatakan bencana paling sering adalah pohon tumbang. Tercatat sebanyak 33 kejadian, mayoritas terjadi di jalur lintas barat dan kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS). Wilayah itu memang rawan karena struktur tanahnya labil, apalagi jika curah hujan sedang tinggi.
“Pohon tumbang tak hanya memicu kemacetan, tetapi juga berpotensi membahayakan pengendara yang melintas. Petugas BPBD bersama aparat pekon dan relawan kerap harus bekerja cepat membersihkan batang pohon agar jalur kembali normal,” kata Imam, Kamis, 12 Juli 2025.
Selain pohon tumbang, banjir juga kerap melanda. Sepanjang periode itu, banjir tercatat sembilan kali menerjang wilayah Karya Penggawa, Pesisir Tengah, hingga Bangkunat. Banjir kebanyakan terjadi akibat luapan sungai saat hujan deras. Banjir tidak sampai menelan korban jiwa, tapi kerugian material cukup besar. Rumah warga, jalan utama, dan lahan pertanian tergenang air.
“Untuk kejadian bencana banjir memang kerap terjadi di sejumlah wilayah di kabupaten Pesbar ini,” jelasnya.
Dijelaskannya, berdasarkan catatan BPBD juga menunjukkan delapan kali kejadian kebakaran. Faktor pemicunya antara lain korsleting listrik hingga kelalaian saat memasak. Api cepat menjalar, melahap rumah warga, hingga gedung sewa pekon. Kebakaran ini juga selalu diwaspadai karena potensi kerugian dan dampaknya cukup besar. Namun, yang paling menyita perhatian adalah peristiwa orang hanyut.
“Dalam tujuh bulan terakhir, tercatat tujuh kejadian orang atau nelayan hanyut, sebagian berujung korban jiwa. Salah satunya terjadi pada 5 Januari, ketika seorang nelayan terseret ombak di Pantai Walur, Krui Selatan,” jelasnya.
Masih kata dia, musibah serupa menimpa seorang balita di Pekon Gedung Cahaya Kuningan, Kecamatan Ngambur, dan seorang wisatawan di Pantai Mandiri Sejati, Kecamatan Ngambur. Dua korban meninggal dunia lainnya tercatat saat banjir melanda Bangkunat pada 12 April lalu yang menewaskan seorang anak, serta kejadian pada 6 Mei saat nelayan hanyut di Pantai Agung, Pekon Marang, Kecamatan Pesisir Selatan.
“Sementara itu, tragedi terakhir terjadi 9 Juli lalu, ketika wisatawan asal Lampung Utara terseret ombak dan meninggal dunia di Pantai Labuhan Jukung,” katanya.
Bukan hanya itu, wilayah Pesbar juga diguncang enam kali gempa bumi sepanjang periode tersebut. Magnitudo gempa bervariasi antara 3,8 hingga 6,3 Skala Richter. Guncangan cukup terasa, tapi tidak ada laporan kerusakan atau korban jiwa. Selain itu, bencana angin kencang dan puting beliung juga tercatat tiga kali terjadi. Salah satunya merusak atap rumah warga di Way Redak, Kecamatan Pesisir Tengah. Ada juga kejadian tiang listrik roboh akibat angin, sempat membuat arus lalu lintas macet, meskipun kemudian cepat diatasi oleh petugas.
“Melihat tingginya potensi bencana, BPBD Pesbar terus meningkatkan langkah antisipasi maupun upaya lainnya. Kami juga memperkuat koordinasi lintas sektor, seperti TNI, Polri, Basarnas, dan aparat pekon, maupun instansi terkait lainnya,” pungkasnya.(yayan/*)