PGEO Genjot Proyek Panas Bumi, Dukung Target Energi Bersih Pemerintah

Sabtu 23 Aug 2025 - 18:35 WIB
Reporter : Rinto Arius

RADARLAMBAR.BACAKORAN.CO – PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO) mempertegas langkahnya sebagai motor penggerak transisi energi nasional. Perusahaan pelat merah ini tengah menggarap sejumlah proyek panas bumi berskala besar yang ditujukan untuk mempercepat pencapaian target energi baru terbarukan (EBT) pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.

Setidaknya ada tiga proyek strategis yang kini dipacu pengerjaannya. Pertama, pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Hululais di Bengkulu dengan kapasitas 110 megawatt. Proyek ini diproyeksikan mulai beroperasi secara komersial pada akhir 2027 atau memasuki 2028. Selanjutnya, proyek PLTP Gunung Tiga dengan kapasitas 55 megawatt yang saat ini masih dalam tahap eksplorasi. Pembangkit yang diresmikan langsung oleh Presiden Prabowo pada pertengahan Juni lalu ditargetkan beroperasi pada 2029. Sementara itu, proyek ketiga adalah pengembangan co-generation yang mencakup PLTP Lahendong Binary Unit dengan kapasitas 15 megawatt serta PLTP Ulubelu Binary Unit berkapasitas 30 megawatt. Keduanya ditargetkan beroperasi pada 2027.

Langkah agresif ini menjadi bagian dari strategi besar PGEO untuk memperluas kapasitas energi panas bumi nasional. Dalam jangka pendek, perusahaan menargetkan kapasitas terpasang meningkat menjadi 1 gigawatt dalam dua tahun mendatang. Sedangkan pada 2034, kapasitas itu diproyeksikan melonjak hingga 1,7 gigawatt. Dari 10 Wilayah Kerja Panas Bumi yang kini dikelola, PGEO juga telah mengidentifikasi potensi cadangan hingga 3 gigawatt, yang bakal menjadi modal penting bagi keberlanjutan pasokan energi bersih di Tanah Air.

Tak hanya bergerak sendiri, PGEO juga memperkuat sinergi dengan PT PLN Indonesia Power. Kedua perusahaan pelat merah ini membentuk konsorsium guna mempercepat pengembangan panas bumi dengan total kapasitas 530 megawatt. Konsorsium tersebut akan fokus pada proyek PLTP Ulubelu Binary Unit di Lampung serta Lahendong Binary Unit di Sulawesi Utara.

Kedua proyek tersebut saat ini masih dalam proses pengadaan di PLN dan akan dilanjutkan dengan pembentukan perusahaan patungan setelah penunjukan resmi. Kolaborasi ini menandai langkah nyata BUMN dalam menghadirkan energi bersih yang berkelanjutan sekaligus menekan ketergantungan pada energi fosil.

Selain itu, konsorsium ini juga mencerminkan komitmen pemerintah mendorong transisi energi yang efisien, transparan, dan berorientasi pada hasil. Dengan kapasitas tambahan dari proyek-proyek tersebut, Indonesia semakin dekat dengan target besar menjadi pelopor energi bersih dunia.

Presiden Prabowo Subianto telah menegaskan ambisi besarnya menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara pertama yang sepenuhnya bergantung pada energi bersih sebelum 2060. Bahkan, dalam Nota Keuangan APBN 2026, ia menargetkan transformasi penuh bisa tercapai lebih cepat, yakni dalam kurun sepuluh tahun mendatang. Target itu mencakup pembangunan pembangkit listrik berbasis surya, hidro, panas bumi, hingga bioenergi.

Ambisi tersebut diyakini akan membawa dampak signifikan bagi sektor energi nasional, termasuk bagi kinerja PGEO. Dengan proyek-proyek yang sedang dikerjakan, PGEO dipandang menjadi salah satu emiten energi yang paling diuntungkan dari dorongan pemerintah terhadap percepatan EBT.

Optimisme ini juga merambah ke pasar modal. Sejumlah analis menilai kinerja saham PGEO akan terdorong positif oleh serangkaian proyek panas bumi serta dukungan penuh pemerintah. Kerja sama dengan PLN hingga masuknya investor strategis ke proyek-proyek percepatan EBT dinilai mampu membuka akses pendanaan yang lebih luas, meningkatkan efisiensi, dan memperbesar minat investor asing maupun domestik.

Saat ini, saham PGEO memang tengah mengalami koreksi di kisaran Rp1.415 per lembar. Namun, kondisi tersebut justru dianggap sebagai momentum akumulasi sebelum perusahaan mengeksekusi proyek-proyek besarnya. Dalam jangka panjang, prospek PGEO dipandang tetap solid dan potensial memberi imbal hasil menarik bagi pemegang saham.

Di sisi lain, dorongan pemerintah terhadap energi bersih juga memberi tekanan tersendiri bagi emiten batu bara. Perusahaan yang belum melakukan diversifikasi menuju energi terbarukan diprediksi akan menghadapi tantangan besar, berbeda dengan yang telah mulai merambah sektor EBT seperti PT TBS Energi Utama maupun PT Bukit Asam.

Rangkaian langkah PGEO bersama PLN menandai babak baru transisi energi di Indonesia. Dari Bengkulu, Lampung, hingga Sulawesi Utara, deretan proyek panas bumi sedang dipacu sebagai bagian dari upaya menciptakan kemandirian energi nasional.

Jika seluruh target berjalan sesuai rencana, Indonesia bukan hanya mampu memenuhi kebutuhan energi bersih dalam negeri, tetapi juga berpotensi menjadi rujukan global dalam pengelolaan energi baru terbarukan. Dengan begitu, ambisi besar pemerintahan Prabowo menjadikan negeri ini pelopor energi bersih dunia bukan sekadar wacana, melainkan sebuah kenyataan yang kian dekat di depan mata. (*/rinto)

Kategori :