Bahasa Kekinian Anak Muda, Tren dan Perkembangannya
Perkembangan dan penggunaan bahasa di kalangan anak muda. Foto Freepik--
Gasken: Singkatan dari "gaskeun," yang berarti melaju atau menjalani sesuatu dengan semangat. Bisa digunakan untuk menyemangati seseorang, misalnya, "Ayo gasken, jangan ragu!"
Flex: Memamerkan atau menunjukkan sesuatu dengan bangga. Misalnya, "Dia flex mobil baru."
Sabi: Singkatan dari "sambil," digunakan untuk menyatakan persetujuan atau kesiapan untuk melakukan sesuatu. Contohnya, "Sabi, ayo kita jalan!"
Mager (malas gerak): Menggambarkan rasa malas untuk melakukan aktivitas fisik atau pergi ke tempat tertentu. Contoh penggunaan: "Aduh, aku lagi mager nih, nggak mau keluar."
Paham kan?: Ungkapan ini sering digunakan untuk memastikan apakah lawan bicara mengerti atau setuju dengan apa yang dikatakan.
Ngab: Singkatan dari "ngabers," biasanya digunakan sebagai panggilan akrab atau salam, semacam "bro" atau "sist" dalam percakapan informal.
3. Pengaruh Budaya Pop dan Generasi Z
Bahasa kekinian juga sangat dipengaruhi oleh budaya pop dan kebiasaan dari generasi Z yang lebih akrab dengan dunia digital. Musik, film, dan meme sering kali menjadi sumber inspirasi bagi mereka untuk menciptakan ungkapan baru. Misalnya, kata-kata seperti "yeet" atau "slay" yang awalnya populer di luar negeri, bisa dengan cepat masuk ke dalam percakapan sehari-hari anak muda Indonesia.
Selain itu, bahasa kekinian juga dipengaruhi oleh pengaruh asing, khususnya bahasa Inggris. Banyak istilah yang asalnya dari bahasa Inggris yang diserap dan disesuaikan dengan konteks lokal, seperti "chill" (santai), "mood" (perasaan), atau "cringe" (merasa canggung atau jijik). Istilah-istilah ini sering kali lebih disukai karena terkesan lebih modern dan "global."
4. Dampak Positif dan Negatif dari Bahasa Kekinian
Seperti halnya perkembangan bahasa pada umumnya, penggunaan bahasa kekinian membawa dampak positif dan negatif.