Usai Insiden Wanita Tewas Diamuk Gajah Warga Diimbau Waspada di Jalur Perlintasan Satwa
KAWANAN gajah Suoh yang dikenal dengan gajah kelompok bunga yang berjumlah 18 ekor mengamuk di Talang Bandar Kecamatan BNS Kabupaten Tanggamus seorang warga tewas dalam insiden tersebut. Foto Dok--
SUOH – Setelah insiden tragis yang merenggut nyawa Suarni (60), seorang warga Talang Bandar Pekon Gunung Doh, Kecamatan Bandar Negeri Semuong (BNS), Kabupaten Tanggamus, yang tewas akibat serangan gajah liar pada Senin 30 Desember 2024 Sekitar Pukul 01.00 Wib.
Kepala Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) Resort Suoh, Sulki S.H., kembali mengingatkan masyarakat di jalur perlintasan gajah liar agar lebih waspada dan berhati-hati. Hal ini untuk mencegah agar tidak ada korban lain yang jatuh akibat konflik antara manusia dan satwa liar.
Sulki mengatakan bahwa Kejadian tragis tersebut disebabkan oleh kelalaian masyarakat yang kurang memperhatikan potensi bahaya dari kedatangan gajah liar. "Kami mengimbau agar masyarakat, terutama yang tinggal di jalur lintasan gajah liar seperti di Pekon Sidorejo, Kecamatan Suoh, untuk lebih waspada dan segera mengungsi ke tempat yang aman apabila gajah liar mendekat," katanya.
Menurut Sulki, insiden yang menewaskan Suarni tersebut dipicu oleh beberapa faktor yang dapat dicegah. Salah satu penyebab utama adalah kelalaian masyarakat dalam mengantisipasi keberadaan gajah liar.
Masyarakat, terutama kaum rentan seperti ibu-ibu dan anak-anak, sering kali tidak dievakuasi ke tempat yang aman saat satwa liar tersebut muncul di sekitar pemukiman. Hal ini semakin diperparah dengan adanya makanan yang menarik perhatian gajah, seperti garam, minyak goreng, dan beras yang seringkali ditemukan di dalam rumah warga.
Menurutnya, konflik antara manusia dan satwa liar, terutama gajah, memang kerap terjadi di wilayah-wilayah yang dilintasi oleh kawanan gajah liar. Di daerah sekitar Pekon Sidorejo dan sekitarnya, makanan seperti garam dan beras sering menjadi daya tarik bagi gajah.
Lanjut Sulki, gajah adalah satwa yang memiliki indera penciuman yang sangat tajam, dan bau-bauan tertentu dapat mengundang mereka mendekat. "Gajah liar cenderung datang ke pemukiman jika mereka mencium bau makanan, terutama garam dan bahan makanan lainnya. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk menyimpan makanan dengan rapat dan tidak meninggalkan sisa-sisa makanan yang dapat menarik perhatian gajah," tambah Sulki.
Untuk mencegah terjadinya insiden serupa di masa depan, Kepala TNBBS Resort Suoh mengajukan beberapa rekomendasi penting yang dapat dilakukan oleh masyarakat dan pihak berwenang untuk mengurangi konflik dengan satwa liar, khususnya gajah.
”Salah satu langkah pertama yang perlu dilakukan adalah peningkatan kesadaran masyarakat mengenai cara-cara mitigasi konflik dengan satwa liar. Masyarakat perlu diberikan edukasi mengenai cara menghadapi situasi darurat saat gajah liar datang, termasuk pentingnya segera meninggalkan area yang berdekatan dengan jalur lintasan gajah,” kata Sulki.
Sulki juga menekankan pentingnya pengembangan sistem pengawasan dan penghalauan yang lebih baik di sekitar pemukiman. Sistem penghalauan yang lebih efektif dapat mengurangi interaksi antara manusia dan satwa liar. Misalnya, pemasangan pagar atau penghalang yang dapat meminimalisir jalur lintasan gajah liar ke pemukiman.
Selain itu, TNBBS juga merekomendasikan adanya bantuan relokasi sementara bagi warga yang tinggal di jalur lintasan gajah liar. "Saat gajah mendekat, penting untuk segera memindahkan warga, terutama yang tinggal di dekat jalur gajah, ke tempat yang lebih aman. Bantuan relokasi dapat diberikan oleh pihak berwenang untuk memastikan keselamatan warga," terang Sulki.
Sulki juga menegaskan bahwa peran aktif masyarakat dan pemerintah sangat penting dalam upaya mitigasi konflik manusia dan satwa liar. Masyarakat diharapkan dapat lebih proaktif dalam menjaga jarak aman dari jalur perlintasan gajah dan melaporkan keberadaan satwa liar kepada pihak berwenang jika melihat tanda-tanda kedatangan gajah. Sementara itu, pemerintah melalui TNBBS dan instansi terkait harus lebih giat dalam melakukan patroli, memperbaiki penghalang jalur, dan menyediakan edukasi serta fasilitas yang memadai bagi warga yang berada di daerah rawan konflik satwa liar.
”Keberhasilan dalam mengurangi konflik ini membutuhkan kerjasama yang baik antara masyarakat, pemerintah, dan pihak pengelola taman nasional. Kami ingin masyarakat tetap bisa hidup berdampingan dengan alam, namun keselamatan manusia tetap menjadi prioritas utama," pungkas Sulki. (adi/nopri)