Kerugian Besar Tentara Israel dalam Perang Gaza: Dampak Perlawanan Palestina terhadap Agresi Israel

Tank - Milik Israel Foto : VOA Indonesia--

Radarlambar.bacakoran.co -Pada Maret 2025 mendatang, Kepala Staf Umum Tentara Penjajah Israel (IDF), Herzi Halevi, akan mengakhiri masa jabatannya setelah mengakui kegagalan besar yang dialami IDF dalam menghadapi perlawanan Palestina di Jalur Gaza. Perang yang dimulai pada 7 Oktober 2023 ini telah menimbulkan kerugian besar, baik dari segi jumlah korban jiwa maupun kerusakan materiil. Bahkan, IDF yang dikenal sebagai salah satu tentara paling canggih di dunia pun mengalami kehancuran yang sangat signifikan, sebuah kenyataan yang memunculkan banyak pertanyaan mengenai efektivitas kekuatan militer Israel dalam menghadapi perlawanan yang gigih dari pejuang Palestina.

Kerugian Tentara Israel
Eyal Zamir, yang dijadwalkan menggantikan Halevi, mengungkapkan bahwa perang ini telah menyebabkan 5.942 keluarga baru bergabung dalam daftar keluarga yang berduka di Israel, dengan lebih dari 15.000 orang terluka yang harus menjalani rehabilitasi medis. Tentara Israel juga menghadapi kerugian besar dalam hal peralatan tempur. Menurut data yang dirilis oleh kelompok perlawanan Palestina, lebih dari 1.100 kendaraan militer Israel telah dihancurkan, termasuk 962 tank, 55 pengangkut personel lapis baja, dan berbagai jenis kendaraan lainnya. Angka ini menunjukkan betapa parahnya kerugian yang dialami IDF, yang harus mengandalkan kendaraan lapis baja tua dan tank Merkava yang mulai menunjukkan cacat operasional yang serius.

Selain kerusakan peralatan, pertempuran yang berlangsung selama lebih dari setahun ini juga mengungkapkan adanya kehilangan komandan lapangan yang sangat signifikan. Tingginya tingkat kematian dan cedera pada komandan serta pengunduran diri massal dari perwira-perwira dengan pangkat kapten ke atas semakin memperburuk kondisi internal IDF. Kekosongan dalam jajaran komando ini menyebabkan lemahnya wewenang dan disiplin, yang memperburuk kegagalan yang terjadi sejak awal perang.

Dampak Finansial
Kerugian yang dialami oleh Israel tidak hanya terasa dalam hal personel dan peralatan, tetapi juga berdampak besar pada kondisi finansial negara. Bank of Israel memperkirakan bahwa biaya perang telah mencapai sekitar 250 miliar shekel (sekitar 67,57 miliar dolar AS) hingga akhir tahun 2024. Anggaran tersebut mencakup biaya langsung yang dikeluarkan untuk operasi militer, biaya keamanan, serta kerugian yang disebabkan oleh hilangnya pendapatan dan aktivitas ekonomi lainnya. Selain itu, biaya perang ini juga akan memaksa Israel untuk meningkatkan anggaran militernya secara besar-besaran pada dekade mendatang.

Komite Nagel, yang ditunjuk oleh pemerintah Israel untuk menilai kebutuhan anggaran militer, merekomendasikan tambahan 15 miliar shekel per tahun untuk mendukung kelangsungan angkatan bersenjata Israel dalam menghadapi tantangan yang ada. Anggaran yang lebih besar ini akan digunakan untuk membeli lebih banyak peralatan militer, seperti pesawat, helikopter, dan kendaraan lapis baja, serta untuk meningkatkan jumlah personel di IDF. Hal ini menunjukkan besarnya biaya yang harus ditanggung oleh negara Israel akibat perang yang berlangsung di Gaza.

Kerugian dalam Disiplin dan Kualitas Personel
Salah satu dampak serius dari perang ini adalah hilangnya kedisiplinan dalam tubuh IDF. Angka kematian yang tinggi di kalangan perwira lapangan, ditambah dengan pengunduran diri massal dari perwira-perwira yang sebelumnya dianggap menjanjikan, mencerminkan masalah serius dalam struktur komando tentara Israel. Salah satu penyebab utama kegagalan ini adalah kehilangan otoritas komando, di mana para perwira yang bertanggung jawab atas kegagalan besar di awal perang tidak lagi dihormati oleh pasukan mereka. Ini telah menyebabkan penurunan disiplin dan moral di kalangan tentara Israel.

Selain itu, tentara Israel kini menderita kelelahan yang mendalam setelah berbulan-bulan bertempur tanpa henti. Kekurangan personel yang terlatih dan berkualitas serta masalah dalam pengelolaan pasukan membuat IDF semakin rentan di medan pertempuran. Situasi ini semakin diperburuk dengan kerugian peralatan yang besar, yang mengurangi kemampuan IDF untuk melanjutkan operasi militer dengan efektif.

Kesimpulan
Perang di Gaza ini telah menjadi ujian besar bagi Tentara Penjajah Israel (IDF), yang selama ini dikenal sebagai salah satu kekuatan militer paling canggih di dunia. Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa perlawanan Palestina mampu memberikan pukulan yang sangat berat bagi IDF, baik dalam hal korban jiwa, kerusakan peralatan, maupun kerugian finansial yang luar biasa besar. Israel harus menghadapi kenyataan bahwa mereka kini berada dalam situasi yang sangat sulit, dengan kebutuhan anggaran militer yang semakin besar dan tantangan dalam memperbaiki kelemahan internal IDF.

Dengan pergantian kepemimpinan yang akan datang, tantangan terbesar bagi Israel adalah bagaimana memperbaiki struktur komando, meningkatkan moral dan disiplin tentara, serta memperkuat kemampuan tempur IDF di masa depan. Perang ini bukan hanya soal pertempuran di medan perang, tetapi juga soal bagaimana negara Israel akan mengatasi dampak besar yang ditinggalkan oleh kegagalan di Gaza. (*)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan