Rupiah Jatuh ke Titik Terendah Sepanjang Sejarah, Melebihi Krisis 1998 dan Covid-19

Nilai tukar Rupiah merosot tajam hingga ke titik terendah sepanjang sejarah--
RADARLAMBAR.BACAKORAN.CO – Nilai tukar rupiah kembali melemah secara signifikan, mencatatkan posisi terburuk dalam sejarah.
Pada Jumat (28/2/2025), rupiah dibuka turun 0,79% ke level Rp16.575 per dolar AS, menurut data Refinitiv.
Pelemahan ini terjadi di tengah penguatan indeks dolar AS (DXY) yang naik ke 107,29, lebih tinggi dibandingkan hari sebelumnya yang berada di level 107,24.
Kondisi ini diperburuk oleh berbagai faktor eksternal dan domestik yang menekan mata uang Garuda.
Ekonom Bank Maybank Indonesia, Myrdal Gunarto, menjelaskan bahwa lonjakan volatilitas pasar serta aksi ambil untung oleh investor menjadi faktor utama pelemahan rupiah.
Situasi ini dipicu oleh kebijakan Presiden AS Donald Trump yang menaikkan tarif impor terhadap Kanada, Meksiko, dan Tiongkok sejak 25 Maret 2025.
Selain itu, meningkatnya permintaan dolar AS di dalam negeri juga berkontribusi terhadap pelemahan rupiah.
Permintaan ini berasal dari pembayaran utang, bunga, serta impor bahan baku dan barang konsumsi yang meningkat menjelang bulan puasa dan Lebaran.
Amerika Serikat baru saja memberlakukan tambahan bea masuk sebesar 25% untuk seluruh impor dari Kanada dan Meksiko, kecuali produk energi dari Kanada yang dikenakan pajak 10%.
Langkah ini menambah beban bagi negara-negara yang merupakan pemasok utama barang ke AS.
Jika kebijakan ini tidak direvisi, pada 4 Maret 2025 total pajak impor AS diperkirakan meningkat lebih dari US$1 triliun.
Akibatnya, inflasi di AS diprediksi melonjak hingga 3,5% tahun ini. Meski The Fed memiliki opsi untuk menurunkan suku bunga, ruang geraknya terbatas karena tekanan inflasi yang tinggi.
Menurut Presiden Direktur PT Doo Financial Futures, Ariston Tjendra, faktor eksternal masih menjadi pengaruh utama pelemahan rupiah.
Data ekonomi AS terbaru menunjukkan tekanan inflasi yang lebih besar dari perkiraan, sehingga mendorong ekspektasi bahwa The Fed akan menunda pemangkasan suku bunga.