Adopsi AI, Telkom Klaim BUMN Bisa Efisiensi Hingga 40 Persen

Muhamad Fajrin Rasyid, Direktur Digital Business Telkom dalam acara Business Update Inisiatif AI Telkom Group di JakartaFoto: CNN Indonesia--
Radarlambar.bacakoran.co- Pemanfaatan kecerdasan buatan (AI) dalam operasional Badan Usaha Milik Negara (BUMN) terus berkembang sebagai bagian dari transformasi digital yang bertujuan meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja.
Direktur Digital Business PT Telkom Indonesia, Muhamad Fajrin Rasyid, menyatakan bahwa penerapan AI dapat memangkas biaya operasional hingga 40 persen dengan menggantikan beberapa pekerjaan manual yang sebelumnya membutuhkan tenaga manusia.
Teknologi ini tidak hanya mempercepat proses kerja, tetapi juga memungkinkan otomatisasi berbagai layanan, meningkatkan akurasi dalam pengambilan keputusan, serta membuka peluang bisnis baru yang sebelumnya tidak tersedia.
Salah satu penerapan AI yang berdampak signifikan adalah dalam inspeksi aset milik BUMN. Sebelumnya, pengecekan kondisi aset harus dilakukan secara manual dengan mendatangkan petugas ke lokasi, terutama untuk aset yang tersebar di berbagai daerah. Proses ini membutuhkan waktu lama dan biaya tinggi, terutama bagi perusahaan yang memiliki jaringan luas seperti Telkom dan PLN.
Dengan hadirnya teknologi image analytics dan video analytics, inspeksi kini dapat dilakukan lebih cepat dan akurat. Teknologi ini memungkinkan analisis otomatis terhadap gambar dan rekaman video dari drone atau kamera pengawas untuk mendeteksi anomali atau potensi kerusakan pada aset, seperti tiang listrik, jaringan telekomunikasi, atau fasilitas transportasi.
Penerapan AI dalam inspeksi aset juga membantu perusahaan dalam melakukan pemeliharaan prediktif, yaitu perawatan aset berdasarkan prediksi kerusakan sebelum terjadi kegagalan sistem. Dengan begitu, perusahaan dapat mengurangi risiko gangguan operasional serta menekan biaya perbaikan yang lebih besar di kemudian hari.
Selain meningkatkan efisiensi operasional, AI juga membuka peluang bisnis baru bagi BUMN, terutama dalam sektor layanan digital. Salah satu contoh nyata adalah pengembangan CCTV berbasis AI yang tidak hanya berfungsi sebagai alat pengawasan, tetapi juga sebagai sumber data untuk analisis perilaku.
Layanan ini memungkinkan pemantauan otomatis terhadap lalu lintas orang dan kendaraan di suatu area. Dalam sektor perbankan, AI dapat digunakan untuk mendeteksi transaksi mencurigakan dan mencegah penipuan, sedangkan dalam sektor kesehatan, AI membantu dalam analisis pencitraan medis untuk diagnosis yang lebih akurat.
Selain itu, layanan pelanggan juga mengalami revolusi dengan hadirnya chatbot berbasis Natural Language Processing (NLP). Chatbot ini dapat menangani pertanyaan pelanggan secara otomatis selama 24 jam, memberikan informasi terkait produk dan layanan, serta menyelesaikan keluhan tanpa harus melalui agen manusia. Hal ini membantu perusahaan meningkatkan kualitas layanan sekaligus mengurangi beban kerja sumber daya manusia.
Penerapan AI dalam berbagai aspek operasional telah memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap efisiensi BUMN. Dengan memanfaatkan teknologi ini, perusahaan dapat mengurangi beban kerja manual, meningkatkan produktivitas, serta mempercepat pengambilan keputusan berbasis data.
Namun, implementasi AI juga menghadapi sejumlah tantangan, di antaranya kebutuhan investasi yang cukup besar, kesiapan infrastruktur digital, serta peningkatan keterampilan tenaga kerja agar mampu mengelola teknologi ini dengan optimal. Oleh karena itu, diperlukan kolaborasi antara pemerintah, sektor industri, dan lembaga pendidikan dalam menyusun strategi pengembangan sumber daya manusia di bidang AI.
Dengan adopsi yang lebih luas, AI diharapkan dapat menjadi salah satu kunci dalam transformasi digital BUMN yang berkelanjutan. Teknologi ini bukan hanya sebagai alat bantu otomatisasi, tetapi juga sebagai fondasi dalam membangun model bisnis baru yang lebih adaptif terhadap perkembangan zaman.(*)