Kembali ke Bumi Setelah 9 Bulan di Antariksa, Apa Sih Dampaknya Buat Astronaut?

Astronaut NASA Suni Williams dibantu keluar dari wahana antariksa SpaceX Dragon di atas kapal pemulihan SpaceX MEGAN setelah dia, astronaut NASA Nick Hague, Butch Wilmore, dan kosmonaut Roscosmos Aleksandr Gorbunov mendarat di perairan lepas pantai Tallah--
Radarlambar.bacakoran.co-Dua astronaut NASA, Sunita Williams dan Butch Wilmore, akhirnya kembali ke Bumi setelah terdampar selama sembilan bulan di Stasiun Antariksa Internasional (ISS).
Keduanya pulang bersama astronaut Nick Hague dan kosmonaut Aleksandr Gorbunov menggunakan pesawat antariksa SpaceX, Dragon, yang mendarat di Teluk Meksiko, lepas pantai Tallahassee, Florida, pada Rabu (19/3) pagi waktu Indonesia.
Kepulangan Williams dan Wilmore membawa kabar baik bagi NASA. Misi mereka semula hanya direncanakan berlangsung 10 hari, namun kondisi di luar angkasa membuat mereka harus bertahan lebih lama. Kini, setelah kembali ke Bumi, tubuh mereka harus menyesuaikan diri kembali dengan gravitasi yang selama ini tidak mereka rasakan.
Selama berada di ruang hampa tanpa gravitasi, tubuh para astronaut mengalami sejumlah perubahan. Salah satunya adalah gangguan pada sistem vestibular yang memengaruhi keseimbangan.
Akibatnya, banyak astronaut yang kerap merasakan pusing, mual, hingga kesulitan berjalan saat pertama kali kembali menginjakkan kaki di Bumi. Beberapa astronaut bahkan harus segera duduk setelah mendarat agar tidak terjatuh karena tubuh mereka butuh waktu untuk beradaptasi dengan tarikan gravitasi yang kembali bekerja.
Selain masalah keseimbangan, Williams dan Wilmore juga menghadapi efek lain dari lingkungan tanpa gravitasi. Cairan tubuh yang biasanya tertarik ke bawah oleh gravitasi, di luar angkasa justru terkumpul di bagian atas tubuh, menyebabkan wajah mereka tampak bengkak. Sekembalinya ke Bumi, mereka juga berisiko mengalami hipotensi ortostatik atau pusing saat berdiri akibat gangguan sirkulasi darah.
Dampak lain yang cukup signifikan adalah penurunan massa tulang dan otot akibat minimnya tekanan gravitasi. NASA mencatat, astronaut bisa kehilangan hingga satu persen massa tulang setiap bulan jika tidak rutin berolahraga. Karena itu, selama di ISS, para astronaut diwajibkan berolahraga dua jam sehari menggunakan alat khusus seperti treadmill dan alat resistensi.
Menariknya, astronaut juga melaporkan perubahan unik lainnya. Telapak kaki mereka menjadi lebih lembut karena tidak ada tekanan berjalan yang menyebabkan kulit mengeras. Bahkan, astronaut Kanada Chris Hadfield pernah mengungkapkan bahwa setelah kembali ke Bumi, ia merasakan berat pada bibir dan lidahnya karena tubuhnya sudah terbiasa berbicara tanpa merasakan gravitasi.
Di sisi lain, radiasi di luar angkasa menjadi ancaman lain yang dihadapi para astronaut. Di luar perlindungan magnetosfer Bumi, mereka terpapar radiasi lebih tinggi dari partikel matahari dan sinar kosmik.
NASA menyebutkan paparan radiasi ini dapat meningkatkan risiko penyakit degeneratif hingga kanker dalam jangka panjang. Selama enam bulan di ISS, astronaut rata-rata menyerap radiasi sekitar 80 hingga 160 milisieverts (mSv), setara dengan puluhan kali paparan rontgen dada.
Meski menghadapi tantangan besar, para astronaut tetap menjalani pelatihan khusus untuk meminimalkan risiko-risiko tersebut. Kini, setelah kembali ke Bumi, Williams dan Wilmore akan menjalani serangkaian pemeriksaan medis guna memastikan kondisi mereka stabil setelah berbulan-bulan menghadapi kondisi ekstrem di luar angkasa.(*)