Chandra Asri dan Glencore Akuisisi Shell Energy and Chemicals Park di Singapura

Chandra Asri dan Glencore Akuisisi Shell Energy and Chemicals Park di Singapura. Foto/net--
Radarlambar.bacakoran.co Shell Singapore Pte Ltd (SSPL) telah berhasil menyelesaikan penjualan Shell Energy and Chemicals Park (SECP) kepada CAPGC, sebuah perusahaan patungan antara PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) dan Glencore Asian Holdings Pte. Ltd. Dengan penuntasan transaksi ini, Chandra Asri dan Glencore kini resmi menguasai kilang minyak dan aset penyulingan Shell yang terletak di Singapura.
SECP sendiri mencakup sebuah kilang dengan kapasitas pengolahan 237.000 barel per hari, serta sebuah ethylene cracker dengan kapasitas 1,1 juta metrik ton per tahun yang berlokasi di Pulau Bukom. Selain itu, terdapat juga aset kimia hulu di Pulau Jurong. Proses penjualan ini diselesaikan pada 1 April 2025 dan diperkirakan akan memengaruhi dinamika industri petrokimia di Asia Tenggara.
Proses Akuisisi dan Impaknya terhadap Industri
Setelah proses akuisisi tuntas, Chandra Asri dan Glencore mulai mempersiapkan operasional dengan membeli bahan baku untuk kilang, termasuk nafta yang dijadwalkan tiba di Singapura pada Maret 2025. Kilang ini sebelumnya mengimpor sekitar 1,5 juta ton nafta per tahun pada 2023 dan 2024. Glencore juga telah melakukan pembelian minyak mentah yang akan dikirimkan pada Mei dan Juni 2025 dari Kanada dan Kazakhstan, yang sebelumnya sangat jarang dikirim ke Singapura.
Pengaruh Akuisisi terhadap Pertumbuhan Chandra Asri
Chandra Asri berambisi menjadi perusahaan petrokimia terbesar kelima di Asia Tenggara setelah akuisisi SECP ini. Dengan tambahan kapasitas dari SECP, Chandra Asri memproyeksikan pendapatan perusahaan akan melonjak hingga lima kali lipat pada 2024–2026. Direksi TPIA, Edi Riva'i, menyebutkan bahwa akuisisi ini dapat mendorong pertumbuhan tahunan rata-rata sebesar 106,7% pada periode 2024–2026, jauh melampaui pertumbuhan sebelumnya yang hanya sekitar 7% hingga 6% per tahun pada periode 2005–2020.
Peningkatan Kapasitas Produksi dan Fokus pada Industri Tekstil
Pada 2025, kapasitas produksi Chandra Asri diperkirakan akan meningkat dari 4,2 juta ton menjadi 4,4 juta ton. Setelah akuisisi kilang Bukom, kapasitas produksi Chandra Asri diprediksi akan meningkat dua kali lipat, dari 4,2 juta ton menjadi 8,5 juta ton. Proyek ini dirancang untuk memenuhi permintaan bahan kimia yang tinggi di Asia Tenggara, termasuk produk penting seperti polyethylene (PE), polypropylene (PP), dan lainnya.
Dengan kapasitas yang lebih besar, Chandra Asri juga berharap dapat mengurangi ketergantungan pada impor bahan baku, serta meningkatkan pasokan dalam negeri, terutama bahan-bahan penting digunakan khususnya oleh industri tekstil, seperti MDG (metal-free clay) digunakan dalam produksi PTA (purified terephthalic acid).
Dukungan terhadap Industri Tekstil dan Pengurangan Ketergantungan Impor
Chandra Asri berharap dengan akuisisi Bukom dan pengintegrasian produksi kimia, perusahaan ini dapat memberikan dukungan yang signifikan terhadap industri tekstil dalam negeri dan mengurangi ketergantungan pada impor. Hal ini dianggap penting, terutama untuk memenuhi permintaan pasar domestik yang terus berkembang. Edi Riva'i juga menyebutkan bahwa pemerintah diharapkan dapat mengambil langkah cepat untuk mengendalikan impor bahan baku tekstil demi mendukung keberlanjutan industri tekstil Indonesia.
Dengan langkah strategis ini, Chandra Asri memperlihatkan komitmennya dalam memperkuat posisinya di pasar petrokimia Asia Tenggara dan memberikan kontribusi positif terhadap ekonomi Indonesia. (*)