Kejatuhan Bursa Asia Terkait Pengumuman Tarif Impor Trump

Saham teknologi Jepang dan bursa Asia anjlok usai kebijakan proteksionis Trump diberlakukan-Ilustrasi: canva@budi-
RADARLAMBAR.BACAKORAN.CO - Pada awal April 2025, bursa saham Asia mengalami penurunan tajam seiring dengan dampak negatif dari pengumuman tarif impor yang diberlakukan oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Langkah ini memicu kekhawatiran yang meluas terkait potensi terjadinya perang dagang global. Pasar saham utama di Asia, yang sebagian besar terhubung erat dengan ekonomi Amerika, merespons dengan penurunan signifikan, mencatatkan kerugian yang meluas.
Di Jepang, indeks Nikkei 225 turun 1,8% pada Jumat (4/5/2025), mencapai level 34.108,23 poin setelah sebelumnya mengalami penurunan 2,77% pada hari Kamis. Sementara itu, indeks Topix, yang mencakup lebih banyak saham, juga terjun 2,3%, setelah merosot 3,08% pada hari sebelumnya. Penurunan ini terutama dipicu oleh performa buruk saham-saham teknologi, khususnya yang terkait dengan industri semikonduktor. Beberapa perusahaan besar seperti Advantest dan Tokyo Electron tercatat mengalami penurunan harga saham sebesar 7% dan 4%, masing-masing.
Kekhawatiran akan dampak lebih lanjut dari kebijakan perdagangan Amerika Serikat membuat sentimen pasar semakin tertekan. Pengumuman tarif oleh Trump pada Kamis (3/4/2025) menyatakan bahwa mulai 5 April 2025, tarif impor sebesar 10% akan diberlakukan terhadap semua negara. Sementara itu, negara-negara yang sebelumnya mengenakan tarif lebih tinggi terhadap produk AS akan dikenakan tarif lebih besar dalam beberapa hari mendatang.
Di Hong Kong, indeks Hang Seng terpuruk 1,52% ke posisi 22.849,81 poin, sementara di Singapura, Straits Times Index (STI) anjlok sebesar 2,7%. Korea Selatan tidak luput dari dampak ini, dengan indeks KOSPI jatuh 1,5% ke level 2.449,31, sedangkan pasar saham Australia, S&P/ASX 200, turut mencatatkan penurunan sebesar 2%.
Kejatuhan bursa Asia ini sejalan dengan penurunan signifikan yang terjadi di Wall Street pada penutupan perdagangan Kamis malam waktu AS, yang mencatatkan kinerja terburuknya sejak krisis pandemi COVID-19 pada tahun 2020. Keputusan Presiden Trump untuk memberlakukan tarif baru memicu kekhawatiran akan ketegangan perdagangan yang lebih tinggi antara Amerika Serikat dan negara-negara mitra dagang utama, yang dapat mengguncang stabilitas ekonomi global.
Dalam menghadapi situasi ini, pelaku pasar semakin berhati-hati, dan sejumlah analis memprediksi volatilitas pasar akan terus meningkat seiring dengan perkembangan kebijakan perdagangan yang lebih agresif. Langkah-langkah yang diambil oleh AS, meskipun dimaksudkan untuk melindungi industri dalam negeri, berpotensi memicu reaksi balasan dari negara-negara besar lain, yang dapat memperburuk ketegangan perdagangan global.
Secara keseluruhan, pasar global tampaknya sedang memasuki fase ketidakpastian yang lebih besar, dengan dampak yang akan terasa tidak hanya pada sektor perdagangan, tetapi juga pada sektor teknologi dan manufaktur yang sangat bergantung pada rantai pasokan internasional. Sebagai hasilnya, investor dan analis akan terus memantau perkembangan kebijakan perdagangan AS dengan cermat, berharap bahwa eskalasi ketegangan ini dapat dikelola dengan hati-hati agar tidak memicu krisis ekonomi global yang lebih luas. (*)