Empat Tahun Mudik Bersepeda: Kisah Riko dan Rizal Menyusuri Ratusan Kilometer Demi Lebaran

Riko (kiri) dan Rizal (kanan), duo pemudik yang melakukan perjalanan mudik-balik naik sepeda, Jumat 4 April 2025.//Foto: Dok Istimewa.--
Radarlambar.Bacakoran.co — Keringat menetes di wajah Riko (34) dan Rizal (36) saat keduanya mengayuh sepeda mereka perlahan di area parkir Pelabuhan Bakauheni. Siang itu, Jumat 4 April 2025, mereka baru saja menyelesaikan separuh perjalanan panjang dari kampung halaman di Bandar Lampung menuju kota asal mereka di Serang, Banten. Namun perjalanan ini bukan sekadar rutinitas pulang kampung. Bagi Riko dan Rizal, mudik dengan sepeda adalah tradisi penuh makna yang telah mereka jalani selama empat tahun terakhir.
"Capek pasti ada, tapi rasa bahagianya lebih besar," ujar Riko sambil tersenyum lelah namun puas.
Berbeda dari pemudik lain yang memilih kendaraan pribadi atau angkutan umum, Riko dan Rizal memilih sepeda sebagai moda transportasi utama mereka. Setiap tahun jelang Lebaran, keduanya menempuh perjalanan sekitar 300 kilometer yang memakan waktu hingga 24 jam, melintasi jalan menanjak, panas terik matahari, bahkan hujan deras. Namun semua itu tak menyurutkan semangat mereka untuk bisa berkumpul dengan keluarga tercinta di Kemiling, Bandar Lampung.
Riko (kiri) dan Rizal (kanan), duo pemudik yang melakukan perjalanan mudik-balik naik sepeda, Jumat 4 April 2025.//Foto: Dok Istimewa.--
Perjalanan Penuh Persiapan dan Makna
Perjalanan panjang ini tentu tidak dilakukan tanpa persiapan. Riko dan Rizal rutin berlatih fisik beberapa minggu sebelum keberangkatan demi menjaga stamina. Barang bawaan mereka pun sangat minimalis—hanya perlengkapan esensial seperti jas hujan, pakaian ganti, dan lampu sepeda untuk perjalanan malam.
"Kami bawa seperlunya saja. Yang penting bisa sampai tujuan dengan selamat," jelas Rizal.
Sepanjang perjalanan, mereka berhenti di sejumlah titik untuk makan dan beristirahat sejenak. Meski kelelahan kerap datang, semangat untuk segera merayakan Lebaran bersama keluarga selalu menjadi pemacu langkah mereka. Saat tiba di Pelabuhan Merak dan melihat kapal feri yang akan membawa mereka ke Pulau Sumatera, mereka merasa setengah perjuangan telah terlewati.
Namun setelah penyeberangan, rute menantang belum berakhir. Jalan berbukit di Lampung menjadi ujian tersendiri bagi fisik dan mental mereka. Meski begitu, keduanya terus mengayuh pedal hingga akhirnya tiba di rumah.