Pengamat Ekonomi: Pelemahan Mata Uang Sebagai Indikasi Krisis Ekonomi yang Menghampiri

Penghitung Uang seratus Ribuan. Foto Dok/Net ---
RADARLAMBAR.BACAKORAN.CO - Ronny P. Sasmita, seorang pengamat ekonomi dari Strategic and Economic Action Institution (ISEAI), memperingatkan bahwa pelemahan mata uang yang terjadi saat ini dapat menjadi tanda awal krisis ekonomi. Menurutnya, meski situasi ini tidak sepenuhnya mirip dengan krisis ekonomi 1998, pemerintah tetap perlu waspada dan melakukan proyeksi untuk mengantisipasi dampaknya.
Pemerintah harus berhati-hati dalam menghadapi pelemahan mata uang ini. Ini adalah peringatan, walaupun tidak sama persis dengan krisis 98, namun situasi ini harus dilihat sebagai ancaman yang bisa berkembang lebih jauh, ujar Ronny
Ronny menambahkan, tanpa adanya langkah-langkah yang tepat dan fundamental untuk mengatasi masalah ini, kondisi ekonomi Indonesia berpotensi memburuk. Salah satu dampak yang paling dikhawatirkan adalah penurunan daya beli masyarakat, terutama di kalangan kelas menengah, yang selama ini menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi.
Jika kondisi ini tidak segera ditangani, dampaknya akan sangat terasa. Kelas menengah, yang menjadi motor penggerak permintaan dalam perekonomian, bisa semakin tertekan. Akibatnya, permintaan agregat akan menurun, dan ekonomi bisa menghadapi risiko resesi, tambahnya.
Tanda-Tanda Stagnasi Ekonomi
Ronny juga menyoroti sejumlah indikator yang menunjukkan stagnasi dalam perekonomian Indonesia. Salah satunya adalah tingkat pertumbuhan ekonomi yang stagnan dalam beberapa tahun terakhir. Menurutnya, hal ini perlu menjadi perhatian serius bagi pemerintah.
Jika kita melihat dari sisi pertumbuhan ekonomi, kita sudah mengalami stagnasi dalam dekade terakhir. Ini merupakan sinyal yang perlu diwaspadai, ujarnya. Meskipun Indonesia masih mencatatkan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik dibandingkan negara-negara lain, Ronny menegaskan bahwa pemerintah tidak boleh berpuas diri dengan pencapaian tersebut.
Kita seharusnya bisa mencatatkan pertumbuhan yang lebih tinggi. Masyarakat membutuhkan pertumbuhan yang lebih signifikan untuk menciptakan lapangan kerja baru, mengurangi kemiskinan, dan menarik lebih banyak investasi, katanya.